Yehezkiel 30:1

"Juga datanglah firman TUHAN kepadaku: 'Hai anak manusia, bernubuatlah menentang Mesir, dan katakanlah: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Rataplah, hai kamu yang telah lama menanti-nantikan hari TUHAN, hari kehancuran!'"
Simbol kehancuran dan penantian nubuat.

Konteks Nubuat Terhadap Mesir

Ayat Yehezkiel 30:1 membuka sebuah serangkaian nubuat yang sangat kuat dan dramatis yang ditujukan kepada Mesir. Frasa "hai kamu yang telah lama menanti-nantikan hari TUHAN" menyoroti sifat penghakiman yang akan datang. Ini bukan sekadar musibah biasa, melainkan sebuah pembalasan ilahi yang telah dinanti-nantikan oleh bangsa-bangsa lain yang telah menderita di bawah kekuatan Mesir, dan juga oleh Tuhan sendiri yang berdaulat atas sejarah. Bagi bangsa Israel yang sedang dalam pembuangan di Babel, nubuat ini mungkin terdengar menggiurkan, mengingat Mesir sering kali menjadi kekuatan yang menindas atau sumber kekecewaan dalam usaha mereka mencari pertolongan.

Firman Tuhan yang datang kepada Yehezkiel pada saat ini adalah peringatan keras mengenai kekuasaan Mesir yang akan runtuh. Pada masa itu, Mesir adalah kekuatan regional yang besar, dengan pengaruh yang meluas. Namun, seperti banyak imperium lainnya dalam sejarah, kebesaran mereka tidak luput dari perhatian Tuhan. Nubuat ini adalah pengingat bahwa tidak ada bangsa, sehebat apapun, yang kebal dari penghakiman Tuhan jika mereka berpaling dari-Nya atau menindas umat-Nya.

Arti "Hari Tuhan" dalam Konteks Ini

Istilah "Hari Tuhan" (Yom Yahweh) sering muncul dalam Kitab Para Nabi, dan biasanya merujuk pada waktu intervensi ilahi yang signifikan, sering kali berupa penghakiman atau pemulihan. Dalam konteks Yehezkiel 30:1, "Hari Tuhan" secara spesifik dikaitkan dengan kehancuran Mesir. Ini menunjukkan bahwa Tuhan melihat tindakan dan nasib bangsa-bangsa ini sebagai bagian dari rencana-Nya yang lebih besar. Bagi musuh-musuh Mesir, hari ini adalah hari pembebasan yang dinanti-nantikan; bagi Mesir, ini adalah hari malapetaka dan kepedihan yang mendalam.

Penantian terhadap hari penghakiman ini bisa jadi juga mencakup dimensi spiritual. Mesir pada masa itu sering dikaitkan dengan praktik penyembahan berhala dan keangkuhan yang bertentangan dengan keesaan dan kedaulatan Tuhan. Oleh karena itu, kehancuran Mesir menjadi manifestasi keadilan ilahi terhadap bangsa yang membusungkan diri dan menolak penguasa sejati alam semesta. Nubuat ini menegaskan bahwa Tuhan adalah penguasa segala bangsa dan sejarah, dan setiap kejahatan pada akhirnya akan dipertanggungjawabkan.

Implikasi dan Refleksi

Yehezkiel 30:1 bukan hanya sekadar catatan sejarah kuno, tetapi juga membawa pesan yang relevan hingga kini. Ia mengingatkan kita bahwa kekuasaan dan kebesaran duniawi bersifat sementara. Keangkuhan, penindasan, dan penyembahan berhala dalam bentuk apapun akan menghadapi perhitungan ilahi. Nubuat ini mendorong umat Tuhan untuk senantiasa hidup dalam kekudusan dan kebenaran, serta memiliki kesabaran dalam menghadapi kesulitan, karena Tuhan berdaulat atas waktu dan segala kejadian.

Bagi mereka yang merasa tertindas atau tidak berdaya, ayat ini memberikan penghiburan bahwa Tuhan melihat penderitaan mereka dan Ia berkuasa untuk membawa keadilan. Sebaliknya, bagi mereka yang berkuasa dan cenderung menindas, ini adalah peringatan keras untuk segera bertobat sebelum murka Tuhan dinyatakan. "Hari Tuhan" dapat membawa keselamatan bagi yang benar, tetapi kehancuran bagi yang durhaka.