Kitab Yehezkiel penuh dengan penglihatan kenabian yang menggugah iman dan memberikan peringatan. Salah satu ayat yang menarik perhatian adalah Yehezkiel 30:20, yang menjadi pembuka bagi sebuah nubuat penting mengenai hukuman atas Mesir. Ayat ini menetapkan konteks waktu yang spesifik, yaitu tahun kesembilan belas pemerintahan Nebukadnezar, raja Babel. Penetapan waktu ini bukan sekadar catatan kronologis, melainkan penegasan otoritas ilahi yang bekerja melalui sejarah manusia dan kekuatan dunia.
Pada masa itu, Mesir adalah sebuah kekuatan yang besar di Timur Tengah, sering kali menjadi sekutu atau lawan bagi bangsa-bangsa lain, termasuk Yehuda. Namun, seperti banyak bangsa lain yang mengandalkan kekuatan duniawi dan kesombongan mereka, Mesir pun akan menghadapi penghakiman ilahi. Firman TUHAN yang datang kepada Yehezkiel pada tanggal spesifik ini menandai awal dari serangkaian penglihatan dan perkataan yang akan menggambarkan kehancuran dan kekalahan Mesir di tangan Babel. Nubuat ini bukan hanya tentang kejatuhan satu bangsa, tetapi juga tentang kedaulatan Allah yang melampaui semua kerajaan dunia.
Pada abad ke-6 SM, kekaisaran Babel di bawah pimpinan Nebukadnezar II menjadi kekuatan dominan. Mesir, meskipun masih memiliki pengaruh, sedang dalam masa-masa yang tidak stabil dan menghadapi berbagai tantangan internal serta eksternal. Kedatangan firman TUHAN kepada Yehezkiel pada waktu ini menunjukkan bahwa Allah bekerja dalam kancah politik global. Nubuat yang disampaikan bukan hanya ramalan tanpa dasar, melainkan sebuah pernyataan keadilan ilahi yang akan terwujud melalui tangan bangsa Babel. Nebukadnezar, meskipun seorang penguasa kafir, digunakan oleh Allah sebagai alat penghakiman-Nya terhadap bangsa-bangsa yang berdosa dan menyombongkan diri.
Pengajaran teologis yang terkandung dalam Yehezkiel 30:20 dan ayat-ayat selanjutnya sangatlah jelas: Allah berdaulat atas semua bangsa. Tidak ada kerajaan atau kekuatan duniawi yang dapat lepas dari pengawasan dan penghakiman-Nya. Bagi umat Allah yang mungkin merasa terancam oleh kekuatan Mesir atau kekuatan dunia lainnya, nubuat ini memberikan penghiburan dan kepastian bahwa Allah tetap berkuasa. Kemenangan yang dinubuatkan atas Mesir adalah bukti bahwa Allah mampu membebaskan umat-Nya dan membawa keadilan, bahkan melalui cara-cara yang tampaknya dramatis dan menghancurkan bagi bangsa-bangsa yang menentang kehendak-Nya.
Dengan demikian, Yehezkiel 30:20 menjadi pintu gerbang menuju pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana Allah menjalankan rencana-Nya di dunia. Ini adalah pengingat bahwa kesombongan dan kekuatan manusiawi pada akhirnya akan tunduk pada kedaulatan ilahi. Nubuat ini menjadi bagian dari gambaran yang lebih besar tentang bagaimana Allah bekerja untuk memurnikan umat-Nya dan menegakkan kebenaran-Nya di tengah-tengah sejarah manusia yang penuh gejolak.