Simbol gembala dan domba, menggambarkan kepemimpinan dan perlindungan.
Ayat Yehezkiel 34:10 memuat sebuah deklarasi ilahi yang kuat dari Allah mengenai para gembala dan tanggung jawab mereka terhadap umat-Nya. Dalam konteks sejarahnya, Kitab Yehezkiel berbicara kepada bangsa Israel yang sedang menghadapi pembuangan ke Babel. Pada masa itu, para pemimpin dan raja-raja Israel seringkali digambarkan sebagai gembala yang gagal, lebih mementingkan diri sendiri daripada kesejahteraan domba-domba mereka, yaitu umat Allah.
Pernyataan "Aku sendiri akan menuntut perhitungan dari mereka" menunjukkan bahwa Allah tidak akan membiarkan ketidakadilan dan kelalaian para pemimpin berlanjut tanpa konsekuensi. Allah adalah Tuhan yang adil dan peduli terhadap umat-Nya. Dia melihat bagaimana gembala-gembala duniawi seringkali mengeksploitasi, mengabaikan, bahkan menyakiti domba-domba yang seharusnya mereka lindungi dan rawat. Ini bukan hanya berlaku bagi pemimpin-pemimpin bangsa, tetapi juga meluas kepada siapa pun yang dipercayakan tanggung jawab untuk memimpin dan melayani orang lain, baik dalam lingkup rohani maupun duniawi.
Frasa "Aku akan meminta pertanggungan jawab domba-domba-Ku dari tangan mereka" menegaskan kepemilikan Allah atas umat-Nya. Umat Allah adalah domba-domba-Nya, dan mereka adalah berharga di mata-Nya. Para gembala, apa pun peran mereka, bertindak sebagai perwakilan atau agen yang diberi mandat oleh Allah untuk mengurus domba-domba ini. Ketika para gembala ini gagal dalam tugas mereka, Allah akan secara aktif campur tangan untuk meminta pertanggungjawaban. Ini adalah janji perlindungan ilahi bagi mereka yang rentan dan seringkali dieksploitasi.
Lebih jauh lagi, ayat ini menjadi fondasi bagi pemahaman kita tentang konsep "Gembala Sejati". Meskipun ayat ini secara spesifik berbicara tentang perhitungan atas gembala yang buruk, konteks keseluruhan dari Yehezkiel 34 menunjuk pada kedatangan Gembala yang sempurna. Allah berjanji untuk mencari domba-domba-Nya yang hilang, mengumpulkan yang tersesat, membalut yang luka, dan menggembalakan mereka dengan baik dan benar. Para gembala yang disebutkan dalam ayat 10 adalah kritik terhadap pemimpin yang ada, sekaligus kontras yang menyoroti kebutuhan akan kepemimpinan yang sesungguhnya.
Dalam perspektif Kristen, janji ini digenapi sepenuhnya dalam diri Yesus Kristus, yang menyebut diri-Nya sebagai "Gembala yang Baik" (Yohanes 10:11). Dia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang, mengorbankan diri-Nya bagi domba-domba-Nya, dan memberikan kehidupan kekal. Kematian dan kebangkitan-Nya adalah bukti ultimate dari kepedulian Allah dan tindakan-Nya untuk merekonsiliasi umat-Nya dengan diri-Nya.
Yehezkiel 34:10 mengingatkan kita bahwa kepemimpinan adalah sebuah amanah yang besar. Allah memberikan perhatian penuh pada bagaimana umat-Nya diperlakukan. Dia berjanji untuk menghakimi mereka yang menyalahgunakan kekuasaan dan mengabaikan tanggung jawab mereka, sambil pada saat yang sama merencanakan pemulihan dan kepemimpinan yang penuh kasih melalui Gembala Sejati-Nya.