"Tetapi demikianlah firman Tuhan ALLAH: Sesungguhnya, dalam api kecemburuan-Ku Aku berfirman terhadap sisa-sisa bangsa-bangsa ini dan terhadap seluruh Edom, yang telah menduduki tanah-Ku dengan sukacita, karena seluruh hati, dan dengan kedengkian di dalam jiwanya, untuk menghancurkannya sebagai rampasan."
Ayat dari Kitab Yehezkiel 36:5 ini membawa pesan yang mendalam tentang pemulihan dan keadilan ilahi. Dikatakan bahwa Allah berfirman dengan api kecemburuan-Nya terhadap bangsa-bangsa yang telah merampas dan menduduki tanah Israel. Kata "api kecemburuan" di sini bukan sekadar emosi manusiawi, melainkan manifestasi dari kesucian dan keadilan Allah yang tidak akan membiarkan kejahatan berlanjut tanpa konsekuensi. Tanah yang seharusnya menjadi milik umat pilihan-Nya telah dinodai dan diperlakukan dengan kesombongan serta kedengkian.
Peristiwa yang digambarkan dalam Yehezkiel 36 merujuk pada periode setelah pembuangan bangsa Israel. Tanah perjanjian mereka, yang pernah diberkati dan dijanjikan Tuhan, telah diinjak-injak dan dikuasai oleh bangsa lain. Kata-kata dalam ayat ini menekankan betapa murka Tuhan terhadap tindakan penodaan dan perlakuan keji yang dilakukan oleh bangsa-bangsa tersebut, terutama Edom, yang memiliki sejarah hubungan kompleks dengan Israel. Mereka tidak hanya menduduki tanah itu, tetapi juga melakukannya dengan "sukacita" dan "kedengkian," menunjukkan kurangnya rasa hormat dan bahkan kebencian yang mendalam.
Namun, inti dari pesan ilahi ini bukanlah sekadar murka, melainkan janji pemulihan. Api kecemburuan Allah justru menjadi awal dari proses pembersihan dan pengembalian. Setelah penghukuman terhadap mereka yang merusak, Allah berjanji untuk memulihkan tanah Israel dan umat-Nya. Janji ini mencakup pemulihan fisik tanah, kesuburan, dan keindahan alamnya, yang sebelumnya tandus dan rusak akibat penjarahan dan penghinaan. Lebih dari itu, ini juga merupakan janji pemulihan rohani, di mana Allah akan memberikan roh baru kepada umat-Nya, membersihkan mereka dari ketidaktaatan, dan menanamkan hukum-Nya di dalam hati mereka.
Bagi umat Tuhan di masa kini, ayat ini menjadi pengingat akan kesetiaan Allah pada janji-janji-Nya. Meskipun tantangan, kesulitan, dan penindasan mungkin terjadi dalam perjalanan hidup, kekuatan ilahi selalu bekerja untuk membawa keadilan dan pemulihan. Api kecemburuan Allah yang terlihat menakutkan pada mulanya, pada akhirnya membawa pada kesucian dan kehidupan baru. Ini mengajarkan bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya dalam kehancuran selamanya. Ia berkuasa untuk memulihkan apa yang telah hilang, menyembuhkan luka yang dalam, dan menjadikan tanah yang tandus kembali bersemi. Janji pemulihan ini berlaku baik secara kolektif bagi umat Allah maupun secara pribadi bagi setiap individu yang percaya, menunjukkan bahwa harapan selalu ada dalam kasih dan kekuatan-Nya.