"Dan Aku akan menghakimi dia dengan penyakit sampar dan dengan darah; dan Aku akan menghujanlebatkan dia, batu-batu hail, api dan belerang atasnya dan atas tentaranya dan atas banyak bangsa yang bersama-sama dengan dia."
Ayat Yehezkiel 38:22 merupakan bagian dari nubuat yang lebih besar yang dicatat dalam kitab Yehezkiel, yaitu mengenai serangan bangsa-bangsa terhadap umat Allah. Ayat ini secara spesifik berbicara tentang bagaimana Allah akan bertindak untuk membela umat-Nya dan menghukum para penyerang. Penggambaran penghakiman yang diberikan sangat dramatis dan kuat, menggunakan elemen-elemen alam yang dahsyat seperti penyakit sampar, darah, hujan batu hail, api, dan belerang. Hal ini menunjukkan kuasa dan kedaulatan Allah atas segala sesuatu, termasuk atas bencana alam dan kekuatan militer manusia.
Dalam konteks nubuatan Yehezkiel, seringkali ayat-ayat ini diinterpretasikan sebagai gambaran dari peristiwa akhir zaman atau sebagai gambaran yang melambangkan peperangan rohani. Namun, terlepas dari bagaimana penafsiran spesifiknya, inti dari ayat ini adalah janji ilahi tentang pembelaan dan keadilan. Allah tidak akan membiarkan umat-Nya diinjak-injak tanpa campur tangan. Ketika kejahatan mencapai puncaknya dan seolah-olah menang, Allah sendiri akan bangkit untuk menegakkan kebenaran dan menghukum mereka yang bersekongkol melawan-Nya.
Penyakit sampar dan darah yang disebutkan dapat melambangkan kehancuran dan kematian yang meluas. Hujan batu hail, api, dan belerang adalah gambaran yang mengingatkan pada kisah Sodom dan Gomora, menunjukkan penghakiman yang total dan dahsyat. Ini bukan sekadar kekalahan militer biasa, melainkan manifestasi langsung dari murka ilahi terhadap keangkuhan dan niat jahat. Ayat ini memberikan harapan kepada mereka yang tertindas dan ketakutan, bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang menjaga dan akan membalas kejahatan.
Lebih dari sekadar ancaman bagi musuh, Yehezkiel 38:22 juga menegaskan kembali karakter Allah: Dia adalah Allah yang kudus, yang tidak dapat mentolerir kejahatan, dan Dia adalah Allah yang setia, yang akan membela umat perjanjian-Nya. Nubuat ini mengingatkan umat manusia akan pentingnya menjaga hubungan yang benar dengan Sang Pencipta dan waspada terhadap godaan untuk bersekutu dengan kekuatan yang menentang kehendak-Nya. Kehancuran yang digambarkan bukan hanya peristiwa fisik, tetapi juga simbol dari kehancuran spiritual bagi mereka yang memilih jalan pemberontakan terhadap Allah.
Dalam menghadapi dunia yang penuh dengan ketidakpastian dan konflik, ayat seperti Yehezkiel 38:22 menawarkan perspektif ilahi. Ia mengingatkan bahwa pada akhirnya, kendali ada di tangan Allah. Keadilan-Nya akan ditegakkan, dan rencana-Nya akan terlaksana. Ayat ini menjadi sumber penghiburan dan pengingat akan kuasa absolut Allah atas semua bangsa dan peristiwa di bumi ini.