Yehezkiel 44 18

"Mereka tidak boleh memakan apa pun yang mati dengan sendirinya atau yang diterkam binatang buas, baik burung maupun binatang darat."

Suci

Ayat Yehezkiel 44:18 merupakan bagian dari instruksi ilahi yang diberikan kepada Nabi Yehezkiel mengenai tata cara pelayanan di Bait Allah yang baru, yang digambarkan dalam visi kenabian. Perintah ini menekankan pentingnya kemurnian dan kesucian bagi para imam yang bertugas melayani di hadapan Tuhan.

Dalam konteks sejarah Israel, konsep kemurnian memiliki makna yang sangat dalam, terutama berkaitan dengan ibadah dan presentasi diri di hadapan Tuhan yang Mahakudus. Hukum Taurat menetapkan berbagai aturan mengenai kenajisan, baik yang bersifat fisik maupun ritus. Makanan yang najis atau yang mati dengan sendirinya dikategorikan sebagai sesuatu yang tidak layak untuk dipersembahkan kepada Tuhan atau bahkan dikonsumsi oleh umat-Nya dalam konteks ibadah.

Perintah spesifik dalam Yehezkiel 44:18 ini mengajarkan bahwa para imam, yang menjadi perantara antara Tuhan dan umat-Nya, harus menjaga diri dari segala sesuatu yang dapat mencemari mereka. Memakan hewan yang mati dengan sendirinya (bangka) atau yang diterkam oleh binatang buas berarti mengonsumsi sesuatu yang telah rusak, tidak segar, dan berpotensi membawa penyakit atau kenajisan. Hal ini mencerminkan prinsip bahwa apa pun yang dipersembahkan kepada Tuhan haruslah yang terbaik, yang paling murni, dan yang tidak tercemar.

Lebih dari sekadar aturan diet, ayat ini menyiratkan sebuah standar moral dan spiritual yang lebih tinggi. Para pelayan Tuhan harus hidup dalam kekudusan, menjauhi segala bentuk pencemaran, baik dalam tindakan, pikiran, maupun perkataan. Mereka harus membedakan diri dari dunia luar yang penuh dengan kenajisan dan kebobrokan. Kemurnian mereka bukan hanya untuk penampilan luar, tetapi juga mencerminkan kekudusan hati dan integritas dalam pelayanan.

Dalam interpretasi yang lebih luas, terutama bagi umat Kristen, ayat-ayat seperti Yehezkiel 44:18 dapat dilihat sebagai gambaran prinsip-prinsip rohani yang mendasar. Pelayan Tuhan di zaman Perjanjian Baru juga dipanggil untuk hidup kudus dan tidak dicemari oleh dosa. Rasul Paulus dalam 1 Korintus 6:19-20 mengingatkan bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus, dan oleh karena itu kita harus memuliakan Allah dengan tubuh kita. Ini berarti kita harus menjaga diri dari segala yang dapat mencemari kita secara rohani maupun jasmani, agar kita dapat melayani Dia dengan efektif dan menyenangkan hati-Nya.

Menjaga kemurnian dalam pelayanan bukanlah tugas yang mudah. Dunia senantiasa menawarkan berbagai godaan dan hal-hal yang dapat menjauhkan kita dari kekudusan. Namun, firman Tuhan melalui Yehezkiel ini memberikan pengingat yang kuat tentang betapa pentingnya standar yang tinggi dalam melayani Dia. Dengan memegang teguh prinsip kemurnian, kita dapat memastikan bahwa pelayanan kita berkenan kepada Tuhan dan membawa dampak positif bagi orang lain.

Pada akhirnya, Yehezkiel 44:18 mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah Allah yang kudus, dan Dia layak menerima penyembahan serta pelayanan dari hati yang murni dan hidup yang tidak bercacat. Biarlah setiap aspek pelayanan kita, sekecil apa pun, dilakukan dengan kesadaran akan hadirat-Nya dan didasari oleh keinginan untuk memuliakan nama-Nya.