"Biar mezbah-mezbahmu menjadi reruntuhan, mezbah-mezbah berhala yang kamu sembah itu menjadi patah-patah; biar patung-patungmu yang pernah kamu dirikan itu dihancurkan dan dibuang, biar berhala-berhalamu yang pernah kamu buat itu dipatahkan dan dihapuskan, dan biar semuanya yang pernah kamu dirikan itu menjadi kehinaan."
Ayat Yehezkiel 6:4 merupakan sebuah peringatan keras dari Tuhan yang disampaikan melalui nabi-Nya, Yehezkiel, kepada bangsa Israel. Ayat ini berbicara tentang penghakiman ilahi yang akan menimpa mereka karena penyembahan berhala yang telah merajalela di tengah-tengah mereka. Tuhan, dengan kepedihan dan kekecewaan, memerintahkan kehancuran total atas segala sesuatu yang dikaitkan dengan praktik penyembahan ilah-ilah palsu yang mereka lakukan. Kata-kata "biar mezbahmu menjadi reruntuhan," "biar patung-patungmu dihancurkan," dan "biar berhala-berhalamu dipatahkan" bukan sekadar metafora, melainkan gambaran konkret dari kehancuran yang akan datang sebagai konsekuensi dari pengabaian perjanjian mereka dengan Tuhan.
Dalam konteks sejarah bangsa Israel, penyembahan berhala adalah dosa yang berulang kali terjadi dan sangat dibenci oleh Tuhan. Meskipun Tuhan telah memberikan mereka hukum-hukum-Nya, tanda-tanda perjanjian, dan janji-janji berkat, bangsa Israel sering kali tergelincir ke dalam praktik-praktik kafir yang diadopsi dari bangsa-bangsa di sekitar mereka. Mezbah-mezbah didirikan, bukan hanya di tempat-tempat terpencil, tetapi juga di pusat-pusat ibadah mereka, bahkan di tempat-tempat yang seharusnya disucikan untuk Tuhan. Patung-patung dari berbagai dewa, seperti Baal dan Asyera, disembah dengan persembahan dan ritual yang melanggar kekudusan Tuhan. Tindakan ini dianggap sebagai pengkhianatan tertinggi terhadap Tuhan yang telah menyelamatkan mereka dari perbudakan di Mesir.
Ayat Yehezkiel 6:4 secara dramatis menggambarkan hukuman yang akan menimpa Israel. Tuhan sendiri yang memerintahkan agar semua simbol penyembahan berhala mereka dihancurkan. Ini menunjukkan betapa seriusnya Tuhan memandang dosa penyembahan berhala. Itu bukanlah dosa kecil yang bisa diabaikan, melainkan sebuah pemberontakan langsung terhadap kedaulatan dan kebenaran-Nya. Mezbah yang seharusnya menjadi tempat persembahan kepada Tuhan malah akan menjadi puing-puing. Patung-patung yang dihormati dengan begitu besar akan dibuang dan dihancurkan menjadi debu. Konsep "kehinaan" yang disebutkan di akhir ayat menggarisbawahi bahwa apa yang mereka anggap agung dan kuat ternyata adalah sesuatu yang hina di mata Tuhan, dan akan diperlakukan demikian.
Lebih dari sekadar hukuman fisik, ayat ini juga memiliki implikasi rohani yang mendalam. Penekanan pada kehancuran berhala adalah panggilan untuk kembali kepada penyembahan yang murni dan eksklusif kepada Tuhan. Berhala, dalam berbagai bentuknya, melambangkan segala sesuatu yang mengalihkan kesetiaan dan pengabdian kita dari Tuhan. Ini bisa berupa kekayaan, kekuasaan, status sosial, idola pribadi, atau bahkan pandangan dunia yang bertentangan dengan firman Tuhan. Ketika kita membiarkan hal-hal ini mengambil tempat Tuhan dalam hati kita, kita sedang membangun mezbah dan menyembah berhala-berhala baru.
Oleh karena itu, pesan Yehezkiel 6:4 tetap relevan hingga kini. Kita diingatkan untuk terus memeriksa hati kita, memastikan bahwa hanya Tuhan yang disembah dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan kita. Segala bentuk "berhala" modern yang mencoba merebut tempat Tuhan harus dibuang dan dihancurkan dari kehidupan kita. Sebagaimana mezbah berhala Israel dihancurkan menjadi puing-puing, demikian pula segala sesuatu yang menghalangi hubungan kita yang intim dengan Tuhan harus disingkirkan agar kita dapat mengalami pemulihan dan hidup dalam kekudusan yang Dia kehendaki.
Baca lebih lanjut tentang penyembahan berhala dalam Alkitab.