2 Raja-raja 22:19

"Tetapi oleh karena hatimu lembut dan engkau merendahkan diri di hadapan TUHAN, ketika engkau mendengar apa yang telah Kufirmankan tentang tempat ini dan tentang penduduknya, bahwa mereka akan menjadi kesunyian dan kutuk, dan oleh karena engkau telah mengoyakkan pakaianmu dan menangis di hadapan-Ku, maka Akupun telah mendengarkan engkau, demikianlah firman TUHAN."

Simbol penemuan kitab suci dan hati yang merendah Kitab & Hati

Ayat kunci dari 2 Raja-raja 22:19 membuka sebuah momen penting dalam sejarah Israel. Ayat ini adalah firman Tuhan yang disampaikan melalui nabi Hulda kepada Raja Yosia. Ini adalah respons ilahi terhadap kerendahan hati dan pertobatan raja ketika ia mendengarkan perkataan Kitab Taurat yang baru saja ditemukan di Bait Suci. Penemuan Kitab Taurat ini sendiri merupakan sebuah peristiwa monumental, yang terjadi di masa ketika umat Israel telah lama meninggalkan hukum Tuhan dan hidup dalam penyembahan berhala serta kemerosotan moral.

Raja Yosia, yang masih muda, memerintahkan perbaikan Bait Suci Yerusalem. Dalam proses pembersihan, Imam Besar Hilkia menemukan sebuah kitab, yang kemudian diidentifikasi sebagai Kitab Taurat Musa. Ketika kitab itu dibacakan di hadapan raja, Yosia terkejut dan pilu mendengar hukuman yang dijanjikan Tuhan bagi umat-Nya yang tidak taat. Reaksinya bukan kemarahan atau penolakan, melainkan pengoyakan pakaian dan tangisan yang tulus di hadapan Tuhan. Ini menunjukkan sebuah hati yang lembut dan merendahkan diri, sebuah sikap yang sangat dihargai oleh Tuhan.

Firman Tuhan yang disampaikan melalui Hulda menegaskan bahwa kerendahan hati Yosia dan kesedihannya yang mendalam atas dosa bangsanya telah didengar dan diterima oleh Tuhan. Tuhan berjanji bahwa karena sikap Yosia, malapetaka yang telah dijanjikan tidak akan menimpa pada masanya, melainkan setelah dia. Ini adalah bukti belas kasihan Tuhan kepada mereka yang bertobat dan merendahkan hati di hadapan-Nya. Kisah ini mengajarkan bahwa penemuan kebenaran Tuhan, bahkan ketika itu membawa berita yang menyakitkan, harus disambut dengan sikap hati yang benar.

Pesan dari 2 Raja-raja 22:19 bergema kuat hingga kini. Ia mengingatkan kita akan pentingnya firman Tuhan dalam kehidupan kita. Ketika kita membaca dan merenungkan ajaran-Nya, terutama yang menyoroti kesalahan dan dosa kita, reaksi yang seharusnya kita tunjukkan adalah kerendahan hati, bukan pembelaan diri atau pengabaian. Mengoyakkan pakaian mungkin adalah simbol budaya zaman itu, namun maknanya adalah penyesalan yang mendalam dan keinginan untuk berubah.

Setiap individu dipanggil untuk memiliki hati yang peka terhadap firman Tuhan, seperti Raja Yosia. Hati yang lembut akan merespons kebenaran dengan iman, bukan dengan ketakutan yang melumpuhkan. Kerendahan hati di hadapan Tuhan membuka pintu bagi pengampunan, pemulihan, dan perkenanan-Nya. Penemuan Kitab Taurat pada masa Yosia membawa reformasi besar di Israel, menghapus berhala dan mengembalikan ibadah yang benar. Ini menunjukkan bagaimana firman Tuhan memiliki kekuatan transformatif ketika diterima dengan hati yang siap mendengarkan dan bertindak.

Oleh karena itu, mari kita renungkan ayat ini. Apakah hati kita cukup lembut untuk mendengar dan merespons firman Tuhan? Apakah kita siap untuk merendahkan diri dan menangis atas dosa-dosa kita, baik pribadi maupun kolektif? Tuhan berjanji akan mendengarkan dan menjawab mereka yang datang kepada-Nya dengan hati yang tulus dan bertobat. Kisah Yosia adalah teladan abadi tentang bagaimana respons yang benar terhadap firman Tuhan dapat membawa dampak positif, bahkan dalam menghadapi ancaman hukuman ilahi.