Yehezkiel 9:3

Dan kemuliaan Allah Israel naik dari atas kerub, tempatnya tadi berada, ke ambang pintu rumah itu. Lalu Ia berseru kepada laki-laki yang berselubung kain lenan dan yang membawa perlengkapan penulis di sisinya.

Ilustrasi kemuliaan Allah Israel Kemuliaan Allah Pintu Bait Allah

Ilustrasi visual dari kemuliaan Allah Israel yang mulai bergerak.

Ayat Yehezkiel 9:3 menggambarkan momen krusial dan penuh makna dalam penglihatan nabi Yehezkiel. Ayat ini menandai transisi dramatis dalam narasi ilahi, di mana kemuliaan Allah mulai meninggalkan Bait Suci sebelum penghakiman yang dahsyat menimpa Yerusalem. Peristiwa ini terjadi di tengah kondisi spiritual dan moral umat Israel yang sedang terpuruk, diliputi oleh ketidaktaatan dan penyembahan berhala.

Penggambaran kemuliaan Allah Israel naik dari atas kerub, tempatnya yang terhormat, menuju ambang pintu rumah Allah, sangatlah simbolis. Kerub adalah makhluk surgawi yang menjaga kekudusan Allah. Kenaikan kemuliaan ini bukan hanya perpindahan fisik, tetapi merupakan indikasi bahwa Allah bersiap untuk menarik diri dari tempat tinggal-Nya di bumi karena dosa-dosa umat-Nya. Ini adalah tanda peringatan yang sangat serius, menunjukkan bahwa kesabaran ilahi hampir habis dan penghakiman sedang menanti.

Kemudian, firman Tuhan yang dahsyat terdengar, memanggil seorang figur penting: "laki-laki yang berselubung kain lenan dan yang membawa perlengkapan penulis di sisinya." Figur ini dipercaya mewakili malaikat atau utusan ilahi yang ditugaskan untuk melaksanakan perintah Allah. Kain lenan seringkali diasosiasikan dengan kekudusan dan kesucian, sementara perlengkapan penulis di sisinya menandakan tugas administratif dan pencatatan. Perintah yang akan diterimanya adalah untuk menandai orang-orang yang setia di dahi mereka. Tanda ini akan menjadi pembeda krusial antara mereka yang akan diselamatkan dan mereka yang akan binasa dalam penghakiman yang akan datang.

Konsep penandaan ini memiliki implikasi teologis yang mendalam. Ini menunjukkan bahwa di tengah kehancuran total, Allah tidak melupakan umat-Nya yang setia. Tanda di dahi bukan sekadar simbol, melainkan jaminan perlindungan ilahi. Ayat ini, bersama dengan bab kesembilan Yehezkiel secara keseluruhan, menekankan keadilan dan belas kasihan Allah yang bersamaan. Keadilan menuntut penghukuman atas dosa, namun belas kasihan tetap menawarkan jalan keselamatan bagi mereka yang berpaling kepada-Nya dan menunjukkan kesetiaan.

Bagi para pembaca modern, Yehezkiel 9:3 mengajarkan pentingnya kesetiaan spiritual di masa-masa sulit. Penglihatan ini mengingatkan kita bahwa Allah selalu mengamati dan mencatat tindakan kita. Ketika kita menghadapi ujian, kita dipanggil untuk tetap teguh dalam iman, mengetahui bahwa Allah melihat kesetiaan kita dan akan memberikan perlindungan serta keselamatan di waktu yang tepat. Ini adalah janji harapan yang kuat di tengah tantangan hidup. Pelajari lebih lanjut tentang Yehezkiel 9:3 di Sabda.org.