Kitab Yeremia dikenal sebagai nabi yang menyampaikan pesan penghukuman Tuhan kepada bangsa Israel. Namun, di tengah-tengah teguran dan peringatan, terselip pula ungkapan kepedihan dan keputusasaan. Salah satu ayat yang cukup menyentuh adalah Yeremia 14:12, di mana Tuhan dengan tegas menyatakan penolakan-Nya terhadap doa umat-Nya. Frasa "Sekalipun mereka berpuasa, Aku tidak mendengar seruan mereka, dan sekalipun mereka mempersembahkan korban bakaran dan korban sajian, Aku tidak berkenan menerimanya" menggambarkan sebuah jurang pemisah antara manusia dan Sang Pencipta.
Pada masa itu, bangsa Israel sedang dilanda kekeringan yang hebat. Tanah mereka tandus, tanaman mati, dan sumber air mengering. Dalam keputusasaan, mereka mencoba berbagai cara untuk mencari pertolongan ilahi. Berpuasa, mempersembahkan korban, dan menaikkan seruan doa adalah bentuk-bentuk ibadah dan permohonan yang umum dilakukan oleh umat Tuhan. Mereka berharap melalui tindakan-tindakan religius ini, Tuhan akan mengasihani mereka dan memulihkan kondisi negeri mereka.
Namun, jawaban Tuhan justru mengejutkan dan menyakitkan. Tuhan tidak hanya diam, tetapi secara aktif menolak usaha mereka. Ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang lebih mendasar yang luput dari perhatian bangsa Israel. Bukan ibadah itu sendiri yang salah, melainkan kondisi hati dan kesucian hubungan mereka dengan Tuhan yang bermasalah. Puasa dan persembahan yang mereka lakukan menjadi sekadar ritual kosong tanpa makna spiritual yang mendalam, karena tidak dibarengi dengan pertobatan sejati dan ketaatan pada firman-Nya.
Ayat ini mengingatkan kita bahwa hubungan dengan Tuhan tidak semata-mata dibangun di atas formalitas ibadah. Ada aspek hati yang begitu penting. Ketika hati penuh dengan dosa, ketidaktaatan, atau kesombongan, meskipun kita melakukan berbagai ibadah dengan tekun, doa kita bisa saja terhalang. Tuhan melihat lebih dari sekadar gerakan bibir atau persembahan materi. Dia mencari hati yang tulus, yang bersedia tunduk pada kehendak-Nya, dan yang benar-benar merindukan kesucian.
Yeremia 14:12 menjadi refleksi bagi setiap orang percaya. Apakah doa kita benar-benar didengar dan dijawab oleh Tuhan? Apakah ibadah kita adalah ekspresi hati yang murni, atau hanya sekadar kebiasaan tanpa substansi? Penting bagi kita untuk senantiasa memeriksa hati, memohon ampun atas segala kesalahan, dan berusaha hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Hanya ketika hati kita selaras dengan Tuhan, maka puasa, doa, dan persembahan kita akan menjadi berkenan di hadapan-Nya, dan kita dapat merasakan kedekatan serta pertolongan-Nya dalam kehidupan kita.