Yeremia 18:10: Janji dan Peringatan Tuhan

"Tetapi jika bangsa itu berbalik dari kejahatannya, yang telah Kutinggalkan, Akupun akan menyesal dan tidak akan mendatangkan malapetaka yang telah Kurancang terhadap mereka."

Ubah (Penyesalan)

Ayat Yeremia 18:10 adalah sebuah pernyataan ilahi yang kuat, yang menggambarkan sifat keadilan dan belas kasih Tuhan yang dinamis. Ayat ini muncul dalam konteks di mana Nabi Yeremia diperintahkan untuk pergi ke rumah tukang periuk. Di sana, ia menyaksikan tukang periuk itu membentuk tanah liat menjadi bejana. Namun, bejana itu rusak di tangannya. Alih-alih membuangnya, tukang periuk itu mengambil tanah liat yang sama dan membentuknya kembali menjadi bejana lain sesuai keinginannya. Perumpamaan ini sangat penting untuk memahami pesan yang ingin disampaikan Tuhan kepada umat-Nya.

Tuhan menggunakan perumpamaan tukang periuk dan tanah liat untuk menggambarkan hubungan-Nya dengan umat Israel. Israel, seperti tanah liat, berada dalam genggaman Tuhan, Sang Tukang Periuk Agung. Tuhan memiliki tujuan dan rencana bagi mereka, sebagaimana tukang periuk memiliki rancangan untuk bejana buatannya. Namun, seperti tanah liat yang dapat rusak di tangan tukang periuk, Israel juga dapat menyimpang dari kehendak Tuhan melalui dosa dan ketidaktaatan mereka.

Bagian pertama dari Yeremia 18:10 menyatakan, "Tetapi jika bangsa itu berbalik dari kejahatannya, yang telah Kutinggalkan...". Ini adalah inti dari pesan harapan yang dibawa oleh Tuhan. Tuhan tidak bersifat kaku dalam penghakiman-Nya. Ia selalu membuka pintu pertobatan. Ketika umat-Nya secara tulus berbalik dari jalan-jalan yang salah, dari kejahatan yang telah mereka lakukan, Tuhan siap mendengarkan. Kata "berbalik" di sini bukan sekadar perubahan permukaan, melainkan sebuah pembalikan hati yang mendalam, penyesalan atas kesalahan, dan keinginan kuat untuk hidup sesuai dengan kehendak ilahi.

Selanjutnya, ayat ini melanjutkan dengan janji yang luar biasa: "...Akupun akan menyesal dan tidak akan mendatangkan malapetaka yang telah Kurancang terhadap mereka." Kata "menyesal" dalam konteks ilahi bukanlah penyesalan seperti manusia yang merasa bersalah karena kesalahan yang telah diperbuat. Sebaliknya, ini merujuk pada perubahan keputusan Tuhan dalam rencana-Nya sebagai respons terhadap perubahan hati umat-Nya. Jika rencana awal Tuhan adalah untuk mendatangkan hukuman atau malapetaka sebagai konsekuensi dari dosa, perubahan sikap umat-Nya dapat menyebabkan Tuhan mengalihkan atau membatalkan hukuman tersebut. Tuhan adalah Tuhan yang adil, tetapi Dia juga adalah Tuhan yang penuh kasih dan pengampunan.

Pesan Yeremia 18:10 memiliki implikasi yang mendalam bagi setiap individu dan komunitas. Ini menegaskan bahwa meskipun Tuhan menetapkan konsekuensi atas dosa, Dia juga menawarkan keselamatan dan pemulihan bagi mereka yang mau bertobat. Penyesalan Tuhan atas rencana malapetaka adalah cerminan dari kerinduan-Nya agar umat-Nya hidup dalam kebaikan dan berkat. Ini adalah pengingat yang menyegarkan bahwa harapan selalu ada, bahkan di tengah-tengah ketidakpastian dan ancaman hukuman, selama kita bersedia untuk kembali kepada-Nya dengan hati yang hancur dan tulus.

Keindahan ayat ini terletak pada dualitasnya: peringatan tentang konsekuensi dosa dan janji tentang pengampunan dan belas kasih yang tak terbatas. Yeremia 18:10 bukan sekadar ayat historis, melainkan kebenaran ilahi yang relevan sepanjang masa. Ini mengajak kita untuk terus menguji hati kita, menjauhi kejahatan, dan senantiasa mencari wajah Tuhan dengan kerendahan hati. Jika kita berani mengambil langkah pertama untuk berbalik kepada-Nya, kita akan menemukan bahwa Dia selalu siap untuk mengulurkan tangan kasih-Nya dan mengubah rencana-Nya dari malapetaka menjadi berkat.