"Maka engkau harus memecahkan buyung itu di depan orang-orang yang pergi bersama-sama dengan engkau,
dan engkau harus berkata kepada mereka: Beginilah firman TUHAN semesta alam: Demikianlah akan Kupecahkan bangsa ini dan kota ini, seperti orang memecahkan buyung yang tidak dapat diperbaiki lagi, dan mereka akan menguburkan mayat di Tofet, oleh karena tidak ada tempat lagi untuk menguburkan."
Ayat Yeremia 19:10 bukanlah sekadar ramalan, melainkan sebuah visualisasi yang mengerikan dari peringatan kenabian. Nabi Yeremia diperintahkan oleh Tuhan untuk melakukan sebuah tindakan dramatis di depan para tua-tua bangsa dan para imam di Gerbang Tembikar. Ia harus membawa sebuah buyung (wadah tanah liat) dan memecahkannya berkeping-keping.
Tindakan simbolis ini membawa pesan yang sangat kuat dan mengerikan: kehancuran total yang akan menimpa bangsa Yehuda dan kota Yerusalem. Pemecahan buyung yang tidak dapat diperbaiki lagi menggambarkan kehancuran yang permanen dan tak terpulihkan. Kata-kata Tuhan, "Demikianlah akan Kupecahkan bangsa ini dan kota ini, seperti orang memecahkan buyung yang tidak dapat diperbaiki lagi," menegaskan bahwa tidak ada harapan untuk menghindari malapetaka jika mereka terus berpaling dari Tuhan.
Tempat di mana tindakan ini terjadi, Gerbang Tembikar, memiliki makna tersendiri. Gerbang ini kemungkinan terkait dengan tempat pembuatan tembikar atau pembuangan pecahan-pecahan tembikar. Menjadi semakin ironis bahwa di tempat yang menghasilkan dan mengolah wadah, kini wadah itu akan dihancurkan, menyimbolkan kehancuran yang akan terjadi di kota itu sendiri.
Lebih lanjut, ayat ini berbicara tentang penguburan mayat di Tofet karena tidak ada lagi tempat yang layak untuk menguburkan. Tofet adalah sebuah lembah di luar Yerusalem yang dikenal sebagai tempat pemujaan dewa Molokh, di mana anak-anak dikorbankan. Penguburan di sana, yang seharusnya menjadi tempat kehinaan dan pembuangan, menunjukkan betapa mengerikannya kondisi yang akan dihadapi bangsa itu. Darah dan kematian akan begitu melimpah sehingga bahkan tempat penguburan pun tidak akan memadai.
Pesan Yeremia 19:10 adalah panggilan keras dari Tuhan untuk pertobatan. Ini adalah gambaran yang jelas tentang konsekuensi dari dosa dan ketidaktaatan yang berkepanjangan. Tuhan tidak mengambil jalan pintas dalam menyampaikan kebenaran-Nya; Ia menggunakan cara yang dramatis untuk memastikan pesannya dipahami. Namun, di balik peringatan keras ini, selalu ada inti keadilan ilahi yang menginginkan umat-Nya kembali kepada-Nya dan menikmati berkat dari ketaatan.
Meskipun gambaran kehancuran ini sangat suram, penting untuk mengingat bahwa nubuat kenabian seringkali memiliki lapisan makna yang lebih dalam. Tindakan Yeremia juga bisa dilihat sebagai upaya terakhir untuk membangkitkan kesadaran sebelum murka ilahi datang sepenuhnya. Tuhan selalu membuka jalan bagi penebusan, tetapi jalan itu dimulai dengan pengakuan dosa dan keinginan tulus untuk berubah. Peringatan dalam Yeremia 19:10 berfungsi sebagai pengingat abadi akan pentingnya mendengarkan firman Tuhan dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya.