Yeremia 2:18 - Janji Perlindungan Tuhan

"Sekarang, mengapakah engkau sibuk mengurus jalan ke Mesir, untuk minum air Sungai Efrat? Dan mengapakah engkau sibuk mengurus jalan ke Asyur, untuk minum air Sungai Efrat? Kejahatanmu sendiri yang mendisiplinkan engkau, dan kemurtinanmu sendiri yang menghukum engkau. Ketahuilah dan lihatlah, betapa jahat dan pahitnya engkau meninggalkan TUHAN, Allahmu, dan tidak takut kepada-Ku," demikianlah firman Tuhan, ALLAH semesta alam.

Kitab Yeremia adalah seruan kenabian yang kuat untuk pertobatan dan pengingat akan konsekuensi dari ketidaktaatan kepada Tuhan. Dalam pasal kedua, Nabi Yeremia diutus untuk menyampaikan firman Tuhan kepada umat-Nya yang telah berpaling dari perjanjian mereka. Ayat ke-18, yang menjadi fokus kita di sini, adalah sebuah perumpamaan yang tajam tentang kesia-siaan mencari perlindungan dan kepuasan pada sumber yang salah, sementara Tuhan, sumber sejati dari segala berkat, diabaikan.

Ayat ini secara gamblang menggambarkan kecenderungan umat Israel untuk mencari bantuan dari kekuatan duniawi, dalam hal ini Mesir dan Asyur. Keduanya adalah kerajaan besar pada masa itu, yang sering kali menjadi tujuan para pemimpin Yehuda untuk mencari sekutu politik atau militer. Namun, Yeremia mengingatkan bahwa upaya ini adalah sia-sia dan justru membawa masalah. "Mengapakah engkau sibuk mengurus jalan ke Mesir, untuk minum air Sungai Efrat?" Pertanyaan retoris ini menyiratkan kebingungan dan ketidakrasionalan tindakan tersebut. Sungai Efrat mengalir melalui wilayah Asyur, dan Mesir memiliki sistem irigasi yang terkenal. Dengan mencari air dari sana, mereka secara implisit mengakui ketergantungan pada kekuatan asing, sebuah tindakan yang bertentangan dengan ajaran untuk sepenuhnya percaya kepada Tuhan.

Tuhan, melalui Yeremia, menyatakan bahwa kesengsaraan yang mereka alami adalah akibat langsung dari tindakan mereka sendiri: "Kejahatanmu sendiri yang mendisiplinkan engkau, dan kemurtinanmu sendiri yang menghukum engkau." Ini adalah penekanan pada kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu, termasuk hukuman atas dosa. Tuhan tidak serta-merta menghukum tanpa alasan; hukuman adalah konsekuensi logis dari penolakan terhadap-Nya dan kemurtinan spiritual. Mereka meninggalkan sumber air kehidupan yang sejati, yaitu Tuhan, dan malah mencari pemuasan dari sumber yang kering dan berbahaya.

Pesan ini relevan hingga hari ini. Dalam kehidupan modern, kita mungkin tidak secara harfiah mencari air dari sungai Mesir atau bantuan dari Asyur. Namun, banyak dari kita tergoda untuk mencari kepuasan, keamanan, dan makna dalam hal-hal duniawi: kekayaan, status sosial, hubungan yang dangkal, hiburan yang berlebihan, atau bahkan pencarian kesuksesan profesional yang obsesif. Semua ini, jika dijadikan pusat hidup kita, menjadi pengganti Tuhan yang sebenarnya. Sama seperti umat Israel yang mendapati bahwa bantuan yang mereka cari dari bangsa lain justru membawa mereka pada masalah yang lebih besar, demikian pula kita dapat mendapati bahwa kepuasan yang dicari di luar Tuhan adalah ilusi yang pada akhirnya akan meninggalkan kekosongan dan kekecewaan.

Yeremia menutup ayat ini dengan peringatan keras: "Ketahuilah dan lihatlah, betapa jahat dan pahitnya engkau meninggalkan TUHAN, Allahmu, dan tidak takut kepada-Ku." Menyakiti Tuhan bukanlah sekadar pelanggaran aturan; itu adalah pengkhianatan yang mendalam terhadap kasih dan kesetiaan yang telah Ia tunjukkan. Akibatnya, seperti yang ditegaskan, adalah pahit. Meninggalkan Tuhan berarti melepaskan diri dari sumber kebaikan, kebenaran, dan kedamaian yang abadi. Pesan ini adalah ajakan yang mendesak untuk kembali kepada Tuhan, mengakui kebaikan-Nya yang tak tertandingi, dan menemukan perlindungan sejati dalam hubungan yang intim dengan-Nya, bukan pada kekuatan atau sumber daya duniawi yang sementara.