"Celakalah kamu! Sebab kamu telah melakukan segala macam hal, seperti perzinahan dilakukan oleh suku bangsa yang lalim."
Firman Tuhan yang disampaikan melalui Nabi Yeremia sering kali berisi peringatan keras bagi umat Israel mengenai kesetiaan mereka kepada Allah. Ayat Yeremia 2:31 menjadi salah satu contoh tegas yang menyoroti kegagalan spiritual bangsa tersebut. Pernyataan "Celakalah kamu! Sebab kamu telah melakukan segala macam hal, seperti perzinahan dilakukan oleh suku bangsa yang lalim" bukanlah sekadar omelan, melainkan sebuah diagnosis mendalam atas kondisi hati dan tindakan umat pilihan Tuhan.
Istilah "perzinahan" dalam konteks ilahi merujuk pada perselingkuhan spiritual. Umat Israel, yang telah mengikat perjanjian dengan Tuhan, seharusnya memberikan seluruh kesetiaan dan kasih mereka hanya kepada Pencipta. Namun, mereka justru berpaling kepada ilah-ilah asing, menyembah berhala, dan mengikuti praktik-praktik keagamaan yang menjijikkan di mata Tuhan. Perilaku ini dipandang setara dengan perzinahan dalam hubungan pernikahan, yang merupakan pengkhianatan tertinggi terhadap ikatan suci.
Kata "lalim" dalam terjemahan ini memberikan gambaran tentang kesesatan yang disengaja dan keengganan untuk kembali ke jalan yang benar. Suku bangsa yang lalim digambarkan sebagai mereka yang tidak memiliki malu atau rasa bersalah atas perbuatan buruk mereka. Ini menunjukkan betapa dalamnya umat Israel telah terjerumus dalam dosa, kehilangan kepekaan moral dan spiritual mereka. Mereka begitu terbiasa dengan dosa sehingga kesalahan mereka terasa normal, bahkan mungkin dianggap sebagai kekuatan atau cara hidup.
Peringatan "Celakalah kamu!" adalah seruan yang mengerikan. Ini adalah janji konsekuensi buruk yang akan datang sebagai akibat dari kesetiaan yang goyah. Dalam sejarah Israel, ini terwujud dalam bentuk hukuman ilahi, baik melalui penindasan oleh bangsa lain, pembuangan, maupun kehancuran. Namun, di balik ancaman hukuman, tersirat pula kerinduan Tuhan agar umat-Nya bertobat dan kembali kepada-Nya. Tuhan tidak ingin melihat umat-Nya binasa dalam dosa mereka, tetapi Dia menuntut pertobatan yang tulus dan perubahan hati yang radikal.
Konteks ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kemurnian hubungan kita dengan Tuhan. Dalam kehidupan modern, godaan untuk berpaling dari Tuhan datang dalam berbagai bentuk. Bukan hanya penyembahan berhala fisik, tetapi juga pengejaran kekayaan tanpa batas, kesenangan duniawi yang berlebihan, egoisme yang menguasai, atau bahkan kesibukan yang membuat kita lupa akan panggilan rohani. Sebagaimana umat Israel di masa Yeremia, kita pun bisa jatuh ke dalam "perzinahan spiritual" jika kita tidak menjaga hati kita dan memberikan prioritas yang semestinya kepada Tuhan. Yeremia 2:31 adalah pengingat yang kuat untuk terus-menerus merefleksikan kesetiaan kita dan segera bertobat jika kita menyadari telah tersesat.