Yeremia 2:33 - Mengapa Kau Cari Kekasihmu?

"Mengapa engkau pergi mondar-mandir untuk mencari kekasihmu, sehingga engkau menjadi malu? Dan engkau pun akan dipermalukan oleh Mesir, seperti engkau telah dipermalukan oleh Asyur."

Jalan yang salah

Simbol kekecewaan dan pencarian yang sia-sia

Inti Peringatan Yeremia

Kitab Yeremia, salah satu nabi besar dalam Perjanjian Lama, dipenuhi dengan peringatan dan seruan pertobatan bagi umat Allah, Israel. Ayat Yeremia 2:33 merupakan sebuah gambaran yang kuat dan penuh makna tentang kesetiaan yang hilang dan pencarian yang sia-sia. Allah melalui nabi-Nya, Yeremia, menyoroti perilaku umat-Nya yang terus-menerus berpaling dari-Nya untuk mencari dukungan dan perlindungan dari bangsa-bangsa lain. Ayat ini secara langsung bertanya, "Mengapa engkau pergi mondar-mandir untuk mencari kekasihmu...?"

Dalam konteks perjanjian antara Allah dan Israel, "kekasih" di sini merujuk kepada Allah sendiri. Israel telah mengikat perjanjian setia dengan Tuhan, yang seharusnya menjadi sumber keamanan dan kemakmuran mereka. Namun, mereka berulang kali tergoda oleh sistem penyembahan berhala dan kekuatan politik bangsa-bangsa di sekitar mereka. Mesir dan Asyur, dua kekuatan besar pada masa itu, menjadi simbol dari tempat-tempat di mana Israel mencari pertolongan ketika mereka merasa terancam atau membutuhkan bantuan.

Kekecewaan dan Rasa Malu

Pertanyaan yang diajukan dalam Yeremia 2:33 bukanlah pertanyaan semata, melainkan sebuah teguran yang penuh kepedihan. Allah menanyakan alasan di balik upaya mereka yang tak kenal lelah untuk mencari "kekasih" lain. Alasan di balik pencarian ini adalah ketidakpercayaan dan keengganan untuk sepenuhnya bergantung pada Tuhan. Mereka tidak menyadari bahwa sumber kesetiaan sejati, kekuatan, dan perlindungan mereka telah dikhianati. Akibatnya, pencarian mereka ini tidak hanya sia-sia, tetapi juga membawa rasa malu. Ayat ini secara eksplisit menyatakan, "...sehingga engkau menjadi malu? Dan engkau pun akan dipermalukan oleh Mesir, seperti engkau telah dipermalukan oleh Asyur."

Ini menunjukkan sebuah pola yang menyedihkan. Ketika Israel berpaling dari Tuhan untuk mencari bantuan dari Mesir atau Asyur, mereka pada akhirnya mendapati diri mereka "dipermalukan". Mesir dan Asyur, yang mereka anggap sebagai "kekasih" atau penyelamat, ternyata tidak mampu atau tidak mau memberikan perlindungan yang sejati, dan bahkan seringkali menjadi sumber kekalahan dan penderitaan bagi mereka. Rasa malu yang mereka rasakan adalah bukti nyata dari kegagalan strategi mereka yang didasarkan pada ketidaksetiaan.

Relevansi di Masa Kini

Peringatan dalam Yeremia 2:33 memiliki relevansi yang mendalam bagi kita di masa kini. Dalam kehidupan pribadi maupun kolektif, kita seringkali tergoda untuk mencari kepuasan, keamanan, dan identitas dari sumber-sumber yang salah. Materi, kekuasaan, popularitas, atau bahkan hubungan manusia yang dangkal, bisa menjadi "kekasih" pengganti yang membuat kita berpaling dari sumber kebenaran dan kasih yang sejati, yaitu Allah. Ketika kita mengalihkan kesetiaan kita dari Tuhan, kita pada akhirnya akan mendapati diri kita melakukan pencarian yang sia-sia, yang hanya akan berujung pada kekecewaan dan rasa malu.

Ayat ini mengingatkan kita untuk secara kritis mengevaluasi di mana kita menaruh harapan dan kesetiaan kita. Apakah kita mencari sumber kekuatan dan kepuasan dari dunia yang fana, ataukah kita kembali kepada "kekasih" sejati yang tidak pernah mengecewakan? Kebenaran Yeremia 2:33 terus bergema, mengajak kita untuk bertobat dari segala bentuk ketidaksetiaan dan kembali bersandar sepenuhnya kepada Tuhan, sumber segala berkat dan keselamatan yang abadi. Jangan sampai kita menjadi malu karena mencari ilah-ilah lain yang pada akhirnya akan meninggalkan kita dalam kehampaan.