Ayat dari Kitab Yeremia, pasal 21 ayat 5, menghadirkan gambaran yang kuat tentang murka dan kekuatan ilahi. Kata-kata ini diucapkan oleh Tuhan sendiri, menegaskan otoritas dan kuasa-Nya atas segala ciptaan. Dalam konteks historisnya, ayat ini sering kali merujuk pada hukuman yang akan menimpa Yehuda dan Yerusalem karena ketidaktaatan mereka terhadap Tuhan dan penolakan mereka terhadap firman-Nya yang disampaikan melalui nabi Yeremia. Ancaman ini bukanlah sekadar retorika kosong, melainkan sebuah janji yang pasti akan digenapi, menunjukkan keseriusan Tuhan dalam menegakkan keadilan dan kebenaran-Nya.
Frasa "tangan yang terulur dan lengan yang kuat" melambangkan kekuatan yang tak terbendung dan kuasa yang mutlak. Ini adalah gambaran tentang intervensi ilahi yang aktif, bukan sekadar pengamatan pasif. Tuhan sendiri yang akan bangkit untuk bertindak. "Murka dan kegetiran" menunjukkan kedalaman kekecewaan dan ketidaksetujuan Tuhan terhadap dosa dan pemberontakan umat-Nya. Ini bukanlah murka yang tanpa alasan, melainkan respons terhadap pelanggaran perjanjian dan pengabaian terhadap kasih karunia yang telah diberikan. Kegetiran menyiratkan rasa sakit hati yang mendalam karena hubungan yang telah rusak.
Meskipun ayat ini terdengar mengancam, penting untuk melihatnya dalam kerangka yang lebih luas dari pesan kenabian Yeremia. Seringkali, ancaman hukuman didahului atau diikuti oleh seruan pertobatan dan janji pemulihan. Tuhan tidak ingin menghukum, tetapi Ia harus menegakkan keadilan. Hukuman ini, dalam pandangan teologis, seringkali berfungsi sebagai disiplin yang bertujuan untuk membawa kembali umat-Nya ke jalan yang benar. Tangan yang terulur yang membawa penghakiman pada akhirnya juga adalah tangan yang sama yang menawarkan pengampunan dan keselamatan bagi mereka yang bertobat dan kembali kepada-Nya.
Memahami Yeremia 21:5 juga memberikan perspektif tentang sifat Tuhan. Ia adalah Tuhan yang adil, yang tidak bisa mentolerir dosa. Namun, Ia juga adalah Tuhan yang penuh kasih dan berbelas kasihan, yang selalu membuka pintu bagi pertobatan. Ayat ini mengingatkan kita bahwa tindakan kita memiliki konsekuensi, baik positif maupun negatif, di hadapan Tuhan. Ia adalah hakim yang adil, namun juga Bapa yang rindu akan hubungan yang harmonis dengan anak-anak-Nya. Dengan demikian, ayat ini menjadi pengingat penting akan pentingnya ketaatan, pertobatan, dan kerinduan untuk hidup sesuai dengan kehendak ilahi, demi menghindari murka-Nya dan mengalami kasih karunia-Nya yang berkelimpahan.