Yeremia 22:23

"Hai engkau yang tinggal di Libanon, yang membangun rumahmu di pohon-pohon aras, betapa mengerikan nasibmu kelak, apabila engkau mulai mengerang, apabila rasa sakit mendera engkau seperti perempuan yang sakit bersalin!"

Ayat Yeremia 22:23 merupakan sebuah seruan kenabian yang kuat dari Nabi Yeremia, ditujukan kepada mereka yang tinggal di Libanon, yang membanggakan kemewahan dan kemegahan rumah-rumah mereka yang dibangun dengan kayu aras. Kayu aras dari Libanon dikenal sebagai bahan bangunan yang sangat berkualitas, kokoh, dan indah, seringkali melambangkan kekayaan, status, dan kekuatan. Namun, di balik kemegahan tersebut, Yeremia memperingatkan tentang konsekuensi dari kesombongan dan ketidakadilan yang mungkin menyertainya.

Peringatan ini tidak hanya ditujukan kepada individu, tetapi juga kepada sebuah bangsa atau komunitas yang mungkin telah melupakan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan ilahi. Penggunaan metafora "membangun rumahmu di pohon-pohon aras" menyiratkan kesombongan dan ketergantungan pada kekayaan duniawi serta pembangunan fisik yang megah. Sementara itu, gambaran "mengerang" dan "rasa sakit mendera engkau seperti perempuan yang sakit bersalin" menggambarkan penderitaan yang luar biasa, kesukaran yang tak terhindarkan, dan kehancuran yang akan datang. Ini adalah citra keputusasaan dan kepedihan yang mendalam, yang kontras tajam dengan kemegahan yang dibanggakan.

Pesan Yeremia di sini adalah pengingat abadi bahwa kemegahan materi dan pembangunan fisik, betapapun mengesankannya, tidak akan bertahan jika dibangun di atas fondasi yang rapuh. Fondasi yang rapuh ini bisa berarti penindasan, ketidakadilan, penyembahan berhala, atau pengabaian terhadap perintah-perintah Tuhan. Ketika struktur kehidupan yang dibangun di atas prinsip-prinsip yang salah mulai runtuh, penderitaan yang dialami akan sangat parah, seperti rasa sakit melahirkan yang dialami seorang wanita, sebuah momen transformasi yang menyakitkan namun penting.

Konteks historis ayat ini berkaitan dengan masa-masa sulit bagi Kerajaan Yehuda, di mana banyak pemimpin dan rakyatnya cenderung pada kesombongan dan praktik-praktik yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Yeremia, sebagai nabi kebenaran, diutus untuk menyampaikan pesan peringatan keras ini. Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan prioritas hidup kita. Apakah kita lebih fokus pada pembangunan "rumah" (simbol kehidupan, status, dan kesejahteraan) yang megah secara materi, namun mengabaikan kebenaran spiritual dan keadilan sosial?

Pada akhirnya, Yeremia 22:23 mengajarkan bahwa kemakmuran sejati bukanlah sekadar kekayaan materi atau kemegahan bangunan, melainkan kepatuhan pada prinsip-prinsip ilahi, keadilan, dan belas kasih. Ketika prinsip-prinsip ini diabaikan, kemegahan yang dibangun di atasnya akan runtuh, membawa serta penderitaan yang mendalam. Pesan ini tetap relevan hingga kini, mendorong kita untuk membangun kehidupan yang kokoh di atas nilai-nilai yang kekal, bukan pada kemegahan yang sementara.