"Dan orang akan berkata: ‘Karena mereka meninggalkan TUHAN, Allah mereka, maka Ia telah melepaskan mereka kepada orang Babel.’"
Ayat Yeremia 22:9 merupakan sebuah peringatan keras yang disampaikan oleh Nabi Yeremia kepada bangsa Yehuda, khususnya para pemimpin dan raja mereka. Ayat ini tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari serangkaian nubuat yang menggarisbawahi konsekuensi dari ketidaktaatan dan kejahatan yang merajalela di kalangan umat Allah. Dalam konteks sejarah, Yehuda sedang menghadapi ancaman dari Kekaisaran Babel. Yeremia ditugaskan untuk menyampaikan firman Tuhan yang menjelaskan mengapa kehancuran itu akan datang.
Inti dari Yeremia 22:9 adalah pengakuan yang akan dibuat oleh orang-orang di masa depan, atau bahkan pada saat itu, ketika menyaksikan kehancuran Yehuda. Mereka akan menyadari bahwa malapetaka yang menimpa mereka bukanlah kebetulan semata, melainkan akibat langsung dari tindakan mereka meninggalkan TUHAN. Frasa "meninggalkan TUHAN, Allah mereka" mencakup berbagai bentuk pengabaian terhadap hukum, perintah, dan hubungan perjanjian dengan Pencipta. Ini bisa berarti penyembahan berhala, ketidakadilan sosial, korupsi dalam pemerintahan, penindasan terhadap kaum lemah, dan penolakan untuk mendengarkan suara para nabi yang diutus Tuhan.
Konteks yang lebih luas dari pasal 22 Kitab Yeremia menyoroti perilaku raja-raja Yehuda yang egois dan tidak adil. Mereka membangun istana-istana mewah dengan memeras rakyat, mengabaikan kebutuhan orang miskin, dan tidak menegakkan keadilan. Tindakan-tindakan ini dianggap sebagai pengkhianatan terhadap Allah yang telah mengangkat mereka menjadi pemimpin dan mengharapkan mereka untuk memerintah dengan kebenaran dan belas kasihan. Ketika bangsa asing, seperti Babel, berhasil menaklukkan Yehuda dan membawa sebagian besar penduduknya ke pembuangan, orang-orang akan merenungkan akar dari penderitaan mereka.
Pesan dalam Yeremia 22:9 sangat relevan hingga kini. Ayat ini mengingatkan kita bahwa hubungan kita dengan Tuhan adalah fondasi dari segala sesuatu. Ketika kita mengabaikan prinsip-prinsip moral dan spiritual yang diajarkan-Nya, baik secara individu maupun kolektif, kita membuka diri terhadap konsekuensi yang merusak. Keadilan, belas kasihan, dan integritas adalah nilai-nilai yang senantiasa dijunjung tinggi oleh Tuhan. Sebaliknya, ketidakadilan, keserakahan, dan pengabaian terhadap Tuhan akan selalu membawa pada kehancuran, baik dalam skala pribadi maupun sosial.
Penting untuk diingat bahwa Tuhan bukanlah hakim yang kejam tanpa alasan. Kehancuran yang diumumkan adalah konsekuensi logis dari pilihan yang dibuat oleh umat-Nya. Allah terus menerus mengutus para nabi, termasuk Yeremia, untuk memperingatkan, membimbing, dan mengajak umat-Nya kembali kepada jalan yang benar. Namun, ketika peringatan itu terus menerus diabaikan, maka hanya ada satu jalan keluar yang tersisa, yaitu penerimaan konsekuensi dari perbuatan itu. Ayat ini adalah pengingat abadi akan pentingnya ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan, serta bahaya besar yang timbul ketika kita berpaling dari-Nya.