Simbol Tanda Seru dalam Lingkaran

Yeremia 23:37

"Tetapi kalau nabi berkata-kata, hendaklah ia berkata-kata sesuai dengan firman-Ku. Kalau hamba-Ku berkata-kata, hendaklah ia setia menyampaikan perkataan-Ku."

Ayat Yeremia 23:37 merupakan teguran keras dan penegasan dari Allah mengenai pentingnya kejujuran dan kesetiaan dalam menyampaikan firman-Nya. Dalam konteks yang lebih luas, pasal ini berbicara tentang para nabi palsu yang menyesatkan umat Allah dengan nubuat-nubuat bohong dan menyesatkan. Mereka menggemakan harapan palsu, mengobati luka umat-Nya dengan sembarangan, dan menentramkan mereka padahal Tuhan telah menyatakan hukuman. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan karena para pemimpin rohani seharusnya menjadi saluran kebenaran Tuhan, bukan sumber kebohongan.

Tuhan menegaskan melalui Nabi Yeremia bahwa ada standar yang jelas bagi setiap nabi dan hamba-Nya. "Tetapi kalau nabi berkata-kata, hendaklah ia berkata-kata sesuai dengan firman-Ku." Pernyataan ini menekankan bahwa setiap perkataan kenabian harus berakar kuat pada wahyu ilahi yang telah diberikan Tuhan. Tidak ada ruang untuk interpretasi pribadi yang menyimpang, tambahan pribadi, atau pengurangan dari pesan yang dipercayakan. Pesan yang disampaikan haruslah murni dan otentik, mencerminkan kehendak dan kebenaran Allah sendiri. Ini menuntut kerendahan hati dari para penyampai pesan untuk tunduk pada otoritas firman Tuhan, bukan sebaliknya.

Selanjutnya, Tuhan menambahkan, "Kalau hamba-Ku berkata-kata, hendaklah ia setia menyampaikan perkataan-Ku." Kata "setia" di sini memiliki makna yang mendalam. Ia bukan hanya tentang menyampaikan pesan secara literal, tetapi juga tentang melakukannya dengan kesungguhan hati, integritas, dan ketulusan. Seorang hamba yang setia tidak akan menambahkan kepentingannya sendiri, tidak akan takut untuk menyampaikan kebenaran yang mungkin tidak populer, dan tidak akan memodifikasi pesan demi menyenangkan telinga pendengar. Kesetiaan menuntut keberanian moral dan spiritual untuk menjadi corong yang jelas bagi suara Tuhan, bahkan ketika itu sulit atau berisiko.

Pesan Yeremia 23:37 memiliki relevansi abadi. Di era informasi yang serba cepat ini, di mana berbagai suara dan ajaran bersaing untuk mendapatkan perhatian, umat Tuhan dipanggil untuk tetap waspada. Kita harus senantiasa menguji setiap pengajaran yang kita dengar dengan firman Tuhan yang tertulis. Para pengkhotbah, guru, dan pemimpin rohani di masa kini juga dipanggil untuk memeriksa diri mereka sendiri. Apakah mereka berbicara atas nama Tuhan atau atas nama diri mereka sendiri? Apakah perkataan mereka selaras dengan kebenaran firman Tuhan atau justru menyimpang darinya? Ketidaksetiaan dalam menyampaikan firman Tuhan dapat membawa konsekuensi yang serius, tidak hanya bagi penyampai pesan tetapi juga bagi mereka yang mendengarkan. Oleh karena itu, kebenaran, kejujuran, dan kesetiaan dalam menyampaikan firman Tuhan adalah prinsip fundamental yang tidak boleh diabaikan.