Yeremia 24:3 - Dua Keranjang Buah Ara

"Beginilah firman TUHAN: ‘Aku memandang kedua keranjang buah ara itu, buah ara yang baik, buah ara yang pertama sekali. Dan keranjang yang satu berisi buah ara yang baik, buah ara yang pertama sekali. Dan keranjang yang satu berisi buah ara yang baik, yang belum masak benar, dan keranjang yang lain berisi buah ara yang buruk, yang terlalu buruk sehingga tidak dapat dimakan.’"

Kitab Yeremia, salah satu kitab nabi-nabi besar dalam Perjanjian Lama, seringkali menghadirkan gambaran yang kuat dan metafora yang mendalam untuk menyampaikan pesan-pesan ilahi kepada bangsa Israel. Salah satu gambaran yang paling menyentuh terdapat dalam pasal 24, yang berbicara tentang dua keranjang buah ara. Ayat ketiga, yang menjadi fokus kita di sini, memperkenalkan penglihatan nabi Yeremia yang diberikan oleh Tuhan. Tuhan memandang dua keranjang buah ara, satu berisi buah ara yang baik dan matang, dan yang lainnya berisi buah ara yang buruk, terlalu busuk untuk dimakan. Penglihatan ini bukanlah sekadar deskripsi sederhana tentang buah, melainkan sebuah alegori yang sarat makna tentang nasib umat Allah.

Pada masa itu, bangsa Yehuda sedang menghadapi ancaman kehancuran dari kekaisaran Babel. Banyak orang telah dibuang ke Babel, sementara yang lain tetap tertinggal di Yerusalem. Dalam situasi yang penuh ketidakpastian dan kesedihan ini, Tuhan memberikan penglihatan ini kepada Yeremia untuk menjelaskan perbedaan antara mereka yang taat dan mereka yang durhaka, serta untuk memberikan harapan bagi yang setia. Buah ara yang baik, yang "belum masak benar" namun tetap dianggap baik, melambangkan mereka yang telah dibawa ke pembuangan di Babel. Meskipun mereka mengalami kesulitan, mereka adalah orang-orang yang memiliki iman dan hati yang kembali kepada Tuhan. Tuhan memandang mereka sebagai sesuatu yang berharga, harapan masa depan bagi umat-Nya.

Buah Ara Baik Buah Ara Buruk Dibuang ke Babel Tetap di Yerusalem / Dibuang

Ilustrasi dua keranjang buah ara, satu tampak segar dan hijau (melambangkan bangsa yang dibuang ke Babel), yang lainnya tampak coklat dan ada lalat (melambangkan bangsa yang tetap di Yerusalem dan kemudian dihukum).

Sebaliknya, keranjang kedua berisi buah ara yang buruk, "terlalu buruk sehingga tidak dapat dimakan." Ini melambangkan mereka yang tetap tinggal di Yerusalem setelah pembuangan pertama. Mereka adalah orang-orang yang terus berbuat kejahatan, menolak peringatan Tuhan, dan tidak belajar dari pengalaman pahit yang menimpa saudara-saudara mereka. Tuhan memandang mereka sebagai sesuatu yang tidak bernilai, yang akan menerima murka-Nya karena ketidaktaatan mereka. Penglihatan ini menekankan keadilan Tuhan, yang membedakan antara yang taat dan yang durhaka, memberikan kesempatan untuk pertobatan, tetapi juga akan menghakimi yang keras kepala.

Melalui gambaran buah ara ini, Tuhan menyampaikan pesan yang jelas: ada konsekuensi dari pilihan yang dibuat. Pembuangan ke Babel, meskipun menyakitkan, ternyata menjadi jalan keselamatan bagi sebagian umat Israel. Mereka yang dibuang memiliki kesempatan untuk merenungkan kesalahan mereka, bertobat, dan dipulihkan. Sementara itu, mereka yang tetap di tanah yang dijanjikan namun terus dalam dosa, justru akan menghadapi kehancuran yang lebih parah. Yeremia 24:3 adalah permulaan dari sebuah pengajaran yang meneguhkan bahwa di tengah-tengah hukuman, ada juga janji pemulihan bagi mereka yang hatinya tulus di hadapan Tuhan. Pesan ini relevan hingga kini, mengingatkan kita akan pentingnya ketaatan dan hati yang murni di hadapan Sang Pencipta.