"Tetapi seperti buah ara yang buruk, yang tidak dapat dimakan, demikianlah akan Kudatangkan kepada mereka itu. Demikianlah firman TUHAN."
Kitab Yeremia merupakan salah satu nabi besar yang menyampaikan pesan Tuhan kepada bangsa Israel pada masa-masa genting. Pasal 24 secara khusus menyoroti sebuah penglihatan yang diberikan Tuhan kepada Yeremia mengenai dua keranjang buah ara. Penglihatan ini menjadi metafora yang kuat untuk menggambarkan nasib umat Tuhan. Ayat 8, yang berbunyi, "Tetapi seperti buah ara yang buruk, yang tidak dapat dimakan, demikianlah akan Kudatangkan kepada mereka itu. Demikianlah firman TUHAN," memberikan gambaran yang jelas tentang konsekuensi dari ketidaktaatan.
Buah ara yang baik melambangkan orang-orang Yehuda yang dibawa ke pembuangan di Babel, yang akan diperlakukan dengan baik oleh Tuhan. Mereka akan kembali kepada Tuhan, dan Tuhan akan memberikan hati untuk mengenal-Nya. Sebaliknya, buah ara yang buruk melambangkan sisa-sisa Yehuda yang tertinggal di Yerusalem, termasuk raja Zedekia, para pejabat, dan rakyat biasa. Mereka yang menolak untuk mendengarkan perkataan nabi dan memilih untuk memberontak serta tetap tinggal di negeri itu, akan mengalami hukuman yang berat. Tuhan menegaskan bahwa mereka akan menjadi "celaan, kutuk, umpatan dan kutuk" (Yeremia 29:18).
Pesan dalam Yeremia 24:8 bukan sekadar cerita tentang buah ara. Ini adalah pelajaran mendalam tentang kedaulatan Tuhan atas sejarah dan umat-Nya. Tuhan melihat dengan jelas hati setiap individu dan setiap kelompok. Ketika manusia memilih untuk berpaling dari Tuhan, menolak peringatan-Nya, dan terus berbuat dosa, konsekuensinya pasti akan datang. Konsekuensi ini bisa berupa malapetaka, kehancuran, dan bahkan pembuangan. Ini adalah peringatan keras bahwa ketidaktaatan memiliki harga yang mahal.
Namun, di balik peringatan yang keras ini, terdapat juga nuansa rahmat Tuhan. Penglihatan tentang dua keranjang buah ara ini juga menunjukkan bahwa Tuhan tidak sepenuhnya membuang umat-Nya. Ada sebagian yang akan dipulihkan. Meskipun hukuman itu nyata, kasih setia Tuhan juga terus bekerja. Tuhan memberikan kesempatan untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Mereka yang dibawa ke pembuangan, meskipun menderita, memiliki harapan untuk diperbarui dan belajar mengenal Tuhan lebih dalam. Tuhan tidak pernah menghendaki kebinasaan umat-Nya, melainkan pertobatan agar mereka memperoleh kehidupan.
Saat kita merenungkan Yeremia 24:8, kita diajak untuk memeriksa diri kita sendiri. Apakah kita sedang mengabaikan peringatan Tuhan dalam hidup kita? Apakah kita hidup dalam ketidaktaatan yang terus-menerus? Tuhan memanggil kita untuk hidup dalam kebenaran-Nya. Buah ara yang buruk adalah gambaran dari hidup yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, hidup yang hanya akan membawa kehancuran. Sebaliknya, hidup yang dekat dengan Tuhan, yang taat pada firman-Nya, akan menghasilkan buah yang baik, yang mendatangkan berkat dan kebaikan, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Pesan Yeremia 24:8 tetap relevan hingga kini. Ini mengingatkan kita akan pentingnya menanggapi firman Tuhan dengan serius, baik itu peringatan maupun janji-Nya. Tuhan mengasihi kita dan menginginkan yang terbaik bagi kita. Dengan kerendahan hati, mari kita belajar dari penglihatan buah ara ini, agar kita tidak menjadi seperti buah ara yang buruk, melainkan menghasilkan buah-buah kebenaran yang memuliakan nama-Nya.