Yeremia 25:10 - Suara Kegembiraan dan Sorak-sorai Akan Terbungkam

"Aku akan menghancurkan suara sukacita dan suara kegembiraan, suara pengantin laki-laki dan suara pengantin perempuan, bunyi batu kilangan dan pelita yang menyala."

Jer. 25:10

Ayat Yeremia 25:10 adalah sebuah deklarasi kenabian yang tegas mengenai kehancuran yang akan menimpa Yerusalem dan Yehuda akibat dosa-dosa mereka. Nabi Yeremia, yang dikenal sebagai nabi tangisan, menyampaikan pesan ilahi ini di tengah masa-masa sulit bagi bangsanya. Gambaran yang disajikan dalam ayat ini begitu kuat dan lugas: "Aku akan menghancurkan suara sukacita dan suara kegembiraan, suara pengantin laki-laki dan suara pengantin perempuan, bunyi batu kilangan dan pelita yang menyala."

Kutipan ini menggambarkan momen ketika segala bentuk kehidupan dan perayaan akan lenyap. Suara sukacita dan kegembiraan, yang biasanya mengisi hari-hari perayaan dan kehidupan sehari-hari, akan berhenti total. Pernikahan, momen paling membahagiakan dalam kehidupan sosial, ditandai dengan suara pengantin laki-laki dan perempuan yang bersukacita, juga akan terdiam. Lebih jauh lagi, ayat ini menyebutkan suara batu kilangan, yang merupakan simbol aktivitas ekonomi dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, serta bunyi pelita yang menyala, yang menandakan kehidupan malam yang aktif dan penerangan bagi rumah tangga. Semuanya akan lenyap, menyisakan keheningan yang mencekam.

Dalam konteks sejarah, pesan ini disampaikan ketika Yehuda sedang menghadapi ancaman dari Babilonia. Yeremia telah berulang kali memperingatkan bangsanya agar bertobat dan tunduk kepada kekuasaan Babel agar mereka dapat terhindar dari malapetaka yang lebih besar. Namun, peringatan ini seringkali diabaikan. Ayat Yeremia 25:10 ini merupakan gambaran apokaliptik dari penghakiman Allah terhadap ketidaktaatan dan pemberontakan umat-Nya. Kehancuran yang digambarkan bukanlah sekadar kekalahan militer, tetapi sebuah kepunahan total dari kehidupan normal dan segala bentuk kebahagiaan yang manusia rasakan.

Namun, penting untuk diingat bahwa Allah yang menghakimi juga adalah Allah yang penuh kasih dan berkuasa untuk memulihkan. Meskipun ayat ini menekankan kehancuran, pewahyuan Allah melalui Yeremia secara keseluruhan juga mencakup janji pemulihan. Setelah masa pembuangan dan hukuman yang ditentukan, Allah berjanji akan membawa umat-Nya kembali, memulihkan negeri mereka, dan memberikan harapan baru. Ayat-ayat selanjutnya dalam Kitab Yeremia, bahkan dalam konteks yang sama, seringkali diikuti dengan janji pemulihan, pengampunan, dan perjanjian baru.

Oleh karena itu, Yeremia 25:10 tidak hanya menjadi peringatan tentang konsekuensi dosa, tetapi juga menjadi bagian dari narasi besar tentang kesetiaan Allah terhadap janji-Nya. Keheningan yang ditakuti ini pada akhirnya akan digantikan oleh suara baru, suara kehidupan yang dipulihkan, ketika umat Allah kembali kepada-Nya dan mengalami kasih karunia-Nya yang tak berkesudahan. Pesan ini mengajarkan kita pentingnya ketaatan, bahaya dari mengabaikan peringatan ilahi, namun juga memberikan keyakinan akan kuasa penebusan dan pemulihan Allah yang selalu ada.