Yeremia 25:36

"Maka orang-orang yang berakal budi akan berseru dari tempat yang jauh, hai para gembala, dan penduduk pegunungan akan berseru-seru dari sana; sebab TUHAN mendatangkan malapetaka atas padang rumput mereka, dan Dia memadamkan api padang-padang pengembalaan."
Peringatan

Ratapan Sang Nabi di Tengah Kehancuran

Ayat Yeremia 25:36 melukiskan gambaran yang sangat suram dan menyayat hati mengenai konsekuensi dari ketidaktaatan umat Tuhan. Dalam konteks kitab Yeremia, nabi ini sering kali dihadapkan pada tugas yang berat untuk menyampaikan pesan penghukuman dari Tuhan kepada bangsa Israel yang terus-menerus berpaling dari jalan-Nya. Ayat ini bukanlah sebuah ramalan tentang kekacauan yang terisolasi, melainkan puncak dari serangkaian peringatan dan nubuat tentang murka ilahi yang akan datang akibat dosa yang terus berlanjut.

Kata-kata "Maka orang-orang yang berakal budi akan berseru dari tempat yang jauh, hai para gembala, dan penduduk pegunungan akan berseru-seru dari sana" menunjukkan sebuah realitas yang mengerikan. Mereka yang memiliki pemahaman dan kebijaksanaan, para gembala yang mewakili mata pencaharian dan keberlangsungan hidup mereka, serta penduduk yang tinggal di daerah terpencil, semuanya akan merasakan dampak dari keputusan yang salah. Seruan yang terdengar bukanlah seruan kegembiraan atau perayaan, melainkan jeritan keputusasaan dan ratapan yang melintasi jarak, menandakan betapa luasnya malapetaka yang menimpa.

Penyebab utama dari ratapan ini dijelaskan secara gamblang: "sebab TUHAN mendatangkan malapetaka atas padang rumput mereka, dan Dia memadamkan api padang-padang pengembalaan." Padang rumput dan api di sana adalah simbol kehidupan, kemakmuran, dan keamanan. Gembala bergantung pada padang rumput untuk memberi makan ternak mereka, yang menjadi sumber penghidupan dan kekayaan. Api di padang pengembalaan bisa melambangkan berkat-berkat yang diberikan Tuhan, kelimpahan sumber daya, atau bahkan perlindungan yang dijaga. Ketika Tuhan "memadamkan api" di tempat-tempat ini, itu berarti berkat-berkat tersebut dicabut, kemakmuran lenyap, dan perlindungan dihilangkan. Ini adalah gambaran kehancuran total, di mana sumber kehidupan dimusnahkan.

Makna Mendalam dari Penghukuman Ilahi

Yeremia 25:36 mengingatkan kita bahwa Tuhan tidak semata-mata memberikan hukuman tanpa alasan. Penghukuman ini adalah respons terhadap pelanggaran yang terus-menerus dan penolakan terhadap panggilan-Nya untuk bertobat. Bagi umat perjanjian, ketidaktaatan bukan hanya pelanggaran moral, tetapi juga pengkhianatan terhadap hubungan mereka dengan Tuhan. Akibatnya, apa yang tadinya merupakan berkat menjadi sumber penderitaan. Padang rumput yang subur bisa menjadi tandus, sumber air mengering, dan keamanan yang pernah dinikmati digantikan oleh ancaman.

Ayat ini juga menyoroti sifat universal dari keadilan Tuhan. Meskipun bangsa Israel memiliki perjanjian khusus, konsekuensi dari dosa dapat dirasakan oleh semua orang, bahkan mereka yang mungkin tidak secara langsung terlibat dalam pelanggaran utama. Seruan dari "tempat yang jauh" dan "penduduk pegunungan" menyiratkan bahwa dampak dari dosa dan penghukuman ilahi meluas dan dapat menyentuh lapisan masyarakat yang berbeda.

Lebih dari sekadar ramalan tentang malapetaka fisik, Yeremia 25:36 adalah panggilan untuk merenungkan kembali hubungan kita dengan Tuhan. Ini adalah pengingat bahwa ada konsekuensi ketika kita mengabaikan kehendak-Nya. Ratapan yang digambarkan oleh nabi Yeremia seharusnya menjadi pelajaran bagi kita semua untuk hidup dalam kesadaran akan kehadiran Tuhan, menghargai berkat-Nya, dan senantiasa mencari jalan-Nya agar kita tidak mengalami kehancuran yang serupa.