Yeremia 26:24 - Pewahyuan Nubuat Ilahi

"Tetapi Ahikam bin Safan menyertai Yeremia, sehingga ia tidak diserahkan ke tangan bangsa itu untuk dihukum mati."
AYAT 26:24

Ayat dari Kitab Yeremia pasal 26 ayat 24 ini menceritakan sebuah momen krusial dalam kehidupan nabi besar itu. Di tengah gelombang penolakan dan ancaman kematian yang mengelilinginya, sosok Ahikam bin Safan hadir sebagai perisai pelindung. Peristiwa ini tidak hanya menyoroti keteguhan Yeremia dalam menyampaikan pesan ilahi, tetapi juga signifikansi kesetiaan dan keberanian individu dalam mendukung kebenaran.

Kitab Yeremia penuh dengan narasi mengenai pertempuran yang harus dihadapi sang nabi dalam menyampaikan firman Tuhan kepada umat-Nya yang seringkali tuli terhadap peringatan. Yeremia dipanggil oleh Tuhan untuk membawa pesan penghukuman atas dosa-dosa Yehuda, termasuk penyembahan berhala dan ketidakadilan sosial. Pesan-pesan ini seringkali tidak populer dan menimbulkan kemarahan dari para pemimpin agama, raja, dan rakyat.

Dalam konteks pasal 26, Yeremia berdiri di pelataran rumah TUHAN dan menyampaikan nubuat yang meramalkan kehancuran Yerusalem jika mereka tidak bertobat. Nubuat ini datang pada masa pemerintahan Raja Yoyakim, seorang penguasa yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Akibatnya, para imam, para nabi, dan seluruh rakyat menangkap Yeremia, mengatakan, "Engkau pasti akan dihukum mati!" (Yeremia 26:11). Mereka mendakwa Yeremia telah menghujat bait TUHAN dan kota Yerusalem.

Di sinilah peran penting Ahikam bin Safan muncul. Ia adalah seorang tokoh penting, kemungkinan seorang pejabat tinggi atau juru tulis kerajaan, yang memiliki posisi dan keberanian untuk berbicara di hadapan orang banyak dan para pemimpin. Ahikam mengambil sikap berani di hadapan para imam dan para nabi serta seluruh orang banyak itu. Ia membela Yeremia, mengingatkan mereka tentang nubuat Nabi Uria, putra Semaya, yang juga bernubuat tentang kehancuran Yerusalem dan Tanda Kematian yang dihadapinya. Ahikam berargumen bahwa nabi yang menyampaikan pesan yang menyelamatkan nyawa seharusnya tidak dihukum mati.

Tindakan Ahikam ini menunjukkan bahwa di tengah kegelapan ketidakpercayaan dan penolakan, selalu ada individu yang memilih untuk berdiri teguh bersama kebenaran, meskipun berisiko. Keputusan Ahikam untuk melindungi Yeremia dari eksekusi adalah bukti nyata bagaimana keberanian moral dan kepedulian terhadap kebenaran ilahi dapat membuat perbedaan besar. Ia tidak hanya menyelamatkan nyawa seorang nabi, tetapi juga memungkinkan terus berjalannya pewahyuan ilahi yang penting bagi umat.

Peristiwa ini menjadi pengingat bagi kita tentang pentingnya mendukung mereka yang berbicara kebenaran, bahkan ketika pesan itu sulit atau tidak populer. Ini juga menegaskan bahwa Tuhan bekerja melalui berbagai cara dan melalui berbagai orang untuk mewujudkan kehendak-Nya. Keberanian Ahikam, yang dicatat dalam Kitab Yeremia 26:24, tetap menjadi inspirasi hingga kini, mengingatkan kita bahwa kesetiaan pada kebenaran dan keberanian untuk membela orang yang benar adalah tindakan yang sangat berharga di mata Tuhan dan sesama.

Melalui kisah ini, kita dapat belajar bahwa nubuatan ilahi seringkali datang dengan konsekuensi, dan para pembawa pesan ilahi kerap menghadapi perlawanan. Namun, perlindungan dan dukungan yang tak terduga dapat datang dari sumber yang tidak disangka-sangka, seperti yang ditunjukkan oleh Ahikam. Pentingnya tindakan Ahikam tidak dapat diremehkan, karena ia telah memastikan bahwa suara kenabian Yeremia tidak terbungkam secara permanen pada saat yang kritis tersebut, memungkinkan pesannya untuk terus bergema dan memengaruhi sejarah.

Dalam konteks modern, ayat Yeremia 26:24 mengajarkan kita untuk peka terhadap suara kebenaran dan tidak ragu untuk membela mereka yang menyuarakannya, bahkan ketika itu berarti melawan arus. Tindakan Ahikam menjadi teladan bagaimana kita dapat menjadi agen perubahan positif dan pendukung kebenaran di dunia yang seringkali penuh dengan tantangan.