Firman Tuhan yang tercatat dalam Kitab Yeremia pasal 27 ayat 14 adalah sebuah peringatan yang sangat penting, terutama bagi umat yang hidup pada zaman itu, tetapi relevansinya tetap bergema hingga kini. Ayat ini menekankan pentingnya membedakan suara kenabian yang benar dari yang palsu. Yeremia, sebagai nabi yang diutus oleh Tuhan, seringkali menyampaikan pesan yang sulit diterima oleh telinga banyak orang, karena seringkali berisikan teguran dan peringatan akan hukuman ilahi akibat ketidaktaatan dan penyembahan berhala. Namun, di sisi lain, muncul pula nabi-nabi lain yang menyebarkan pesan damai dan kepastian, yang justru menyenangkan telinga rakyat.
Pesan dalam Yeremia 27:14 adalah seruan agar orang-orang tidak mudah percaya pada nabi-nabi yang berbicara atas nama Tuhan tanpa dasar kebenaran ilahi yang sesungguhnya. Ada kalanya, para nabi palsu ini berbicara sesuai dengan keinginan hati banyak orang, menawarkan janji-janji kemakmuran dan keselamatan tanpa menuntut pertobatan. Mereka berani mengatakan, "Demikianlah firman TUHAN," padahal Tuhan sendiri menegaskan, "sesungguhnya Aku tidak mengirim kamu." Ini adalah bentuk penyesatan yang sangat berbahaya, karena mengalihkan perhatian umat dari kebenaran dan menjauhkan mereka dari jalan Tuhan yang benar.
Pada zaman Yeremia, bangsa Israel sedang menghadapi ancaman dari Babel. Banyak nabi palsu yang justru menentang firman Yeremia, mereka bernubuat tentang pemulihan segera dan kemenangan atas musuh. Mereka ingin memberikan harapan palsu agar rakyat tetap tenang dan tidak khawatir. Namun, Tuhan melalui Yeremia memperingatkan mereka bahwa yang sebenarnya terjadi adalah malapetaka akan datang. Mengapa demikian? Karena ketidaktaatan dan dosa yang merajalela. Yeremia menekankan bahwa satu-satunya jalan keluar dari malapetaka adalah dengan tunduk pada kekuasaan Babel, mengakui kesalahan, dan kembali kepada Tuhan.
Dalam konteks kekinian, peringatan ini tetap relevan. Di tengah berbagai macam informasi dan ajaran yang berseliweran, baik melalui media maupun secara langsung, kita perlu bersikap bijak. Penting untuk selalu menguji setiap perkataan yang mengaku berasal dari Tuhan dengan Firman-Nya yang telah tertulis dalam Alkitab. Apakah ajaran tersebut sesuai dengan kehendak Tuhan? Apakah ajaran tersebut mengajak kita semakin dekat kepada-Nya, mendorong kita untuk hidup kudus, dan taat pada perintah-Nya? Atau justru sebaliknya, ajaran tersebut membuat kita terlena dalam dosa, memberikan kepastian palsu, dan menjauhkan kita dari tujuan akhir hidup kita?
Mendengarkan nubuat palsu dapat membawa konsekuensi yang mengerikan, tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi komunitas. Nubuat palsu dapat menghancurkan iman, merusak hubungan dengan Tuhan, dan mengarahkan hidup pada kehancuran. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa berserah pada pimpinan Roh Kudus agar kita dikaruniai hikmat untuk membedakan mana suara kebenaran dan mana suara kebohongan. Hanya dengan demikian, kita dapat terus berjalan dalam terang kebenaran Tuhan dan mencapai tujuan-Nya bagi hidup kita.