Yeremia 27:2

"Beginilah firman TUHAN kepadaku: Buatlah tali-tali pengikat dan kuk dari tali, taruhlah itu pada tengkukmu, dan setelah engkau menerimanya dari raja-raja Edom, dari raja-raja Moab, dari raja-raja bani Amon, dari raja-raja Tirus dan dari raja-raja Sidon, melalui tangan para utusan yang datang ke Yerusalem untuk raja Zedekia,

Ayat ini dari Kitab Yeremia, pasal 27, ayat 2, membuka sebuah narasi yang kuat tentang kedaulatan Allah di tengah pergolakan politik dan kemanusiaan. Dalam konteks sejarahnya, Yeremia diperintahkan oleh Tuhan untuk membuat alat pengekang — tali dan kuk — dan meletakkannya di tengkuknya. Perintah ini bukan sekadar simbolisme, melainkan representasi visual dari beban penaklukan dan perbudakan yang akan segera menimpa bangsa-bangsa di sekitar Yehuda, termasuk Yehuda sendiri.

Simbol kuk dan tali di atas peta wilayah kuno Wilayah Penaklukan

Perintah ini ditujukan kepada Yeremia untuk disampaikan kepada para utusan yang datang ke Yerusalem. Mereka adalah perwakilan dari raja-raja yang bersekutu, yang tampaknya sedang mempertimbangkan strategi politik atau militer terhadap Babel, kekuatan dominan saat itu. Namun, pesan Tuhan melalui Yeremia sangat jelas: semua kekuasaan dan rencana manusia berada di bawah kendali ilahi. Tuhan yang sama yang menunjuk Nebukadnezar sebagai alat-Nya, kini juga menyatakan bahwa bangsa-bangsa ini akan tunduk padanya. Tali dan kuk adalah simbol penyerahan diri paksa, sebuah realitas pahit yang harus mereka hadapi.

Apa yang diajarkan oleh Yeremia 27:2 kepada kita? Pertama, ini menegaskan kedaulatan mutlak Allah atas segala bangsa dan kerajaan. Tidak ada kekuatan manusiawi, sekuat apapun, yang dapat bertindak di luar kehendak-Nya. Allah mengendalikan arus sejarah, mengangkat dan menjatuhkan pemimpin, serta menentukan nasib bangsa-bangsa. Kedua, ayat ini juga mengingatkan kita tentang konsekuensi dari pemberontakan terhadap kehendak Allah. Bangsa-bangsa yang mencoba menentang rencana-Nya akan mendapati diri mereka terjerat dalam kuk penindasan.

Bagi bangsa Yehuda yang sedang berjuang, pesan ini mungkin terasa berat dan menakutkan. Mereka mungkin berharap mendapat dukungan dari bangsa-bangsa tetangga untuk melawan Babel. Namun, Tuhan menunjukkan bahwa aliansi manusiawi saja tidak cukup. Sebaliknya, mereka sendiri akan menjadi bagian dari beban yang harus ditanggung. Ini adalah panggilan untuk kerendahan hati dan penyerahan diri kepada Tuhan, bahkan ketika situasi tampak mengerikan. Tali dan kuk itu bukan hanya ditujukan kepada bangsa-bangsa lain, tetapi juga sebagai peringatan keras bagi Yehuda.

Dalam kehidupan modern, kita mungkin tidak melihat kuk secara harfiah seperti di zaman kuno. Namun, prinsip yang sama tetap berlaku. Kita melihat bangsa-bangsa bergulat dengan peperangan, ketidakstabilan politik, dan kesulitan ekonomi. Yeremia 27:2 mengingatkan kita untuk tidak terlalu mengandalkan kekuatan manusia atau strategi politik semata. Sebaliknya, kita dipanggil untuk mengakui bahwa di balik semua peristiwa duniawi, ada tangan Allah yang berkuasa. Ayat ini mengajak kita untuk mencari hikmat-Nya, mempercayai pengaturan-Nya, dan hidup dalam penyerahan diri yang tulus kepada kehendak-Nya, menyadari bahwa hanya di dalam Dia kita dapat menemukan kedamaian dan kebenaran sejati di tengah badai kehidupan.

Pelajari Lebih Lanjut Tentang Yeremia