Ayat Yeremia 28:8 adalah sebuah kutipan penting dari percakapan antara nabi Yeremia dan Hananya, seorang nabi palsu. Dalam konteks ini, Hananya dengan berani menyatakan bahwa penawanan bangsa Israel akan segera berakhir, bahwa mereka akan kembali ke tanah mereka dalam waktu dua tahun. Pernyataan Hananya ini jelas bertentangan dengan nubuat Yeremia yang telah disampaikan berulang kali, yaitu bahwa bangsa itu akan mengalami pembuangan yang panjang di Babel karena dosa-dosa mereka.
Kata-kata Yeremia dalam ayat ini berfungsi sebagai respons terhadap klaim Hananya. Yeremia tidak serta-merta menolak keberadaan para nabi secara umum, tetapi ia memberikan sebuah kualifikasi. Ia mengingatkan Hananya bahwa nabi-nabi terdahulu memang telah menyampaikan nubuat tentang berbagai peristiwa, termasuk peperangan, bencana, dan wabah penyakit. Ini menunjukkan bahwa nubuatan ilahi bisa mencakup peringatan dan penghakiman, bukan hanya janji-janji kemakmuran dan kelepasan semata.
Poin krusial yang ingin disampaikan Yeremia adalah bahwa tidak semua nabi memiliki pesan yang sama atau berasal dari sumber yang sama. Ada nabi yang berbicara atas nama Allah, dan ada pula yang berbicara atas nama dirinya sendiri atau bahkan dari sumber yang menyesatkan. Yeremia sedang mengajarkan kepada Hananya (dan kepada kita) bahwa penting untuk membedakan antara nubuat yang sejati dan nubuat yang palsu. Nubuat yang sejati akan selalu konsisten dengan karakter Allah, Firman-Nya yang telah dinyatakan sebelumnya, dan akan membawa kepada pertobatan dan pemulihan sejati.
Dalam menghadapi klaim-klaim yang terdengar indah dan menawarkan solusi cepat, kita perlu berhati-hati. Ayub 34:21 berkata, "Sebab mata-Nya mengawasi jalan-jalan manusia, Ia melihat segala langkahnya." Tuhan melihat segalanya, dan Dia tidak membiarkan nabi-nabi palsu terus menyesatkan umat-Nya tanpa konsekuensi. Yeremia sendiri kemudian melanjutkan dengan menegur Hananya secara langsung, menyatakan bahwa nabi yang bernubuat tentang kedamaian hanya akan terbukti benar jika perkataannya digenapi oleh Tuhan. Namun, jika perkataannya adalah kebohongan, maka ia akan dihukum.
Yeremia 28:8 menjadi pengingat abadi akan bahaya nubuatan palsu. Di zaman modern ini, kita pun dapat menemukan berbagai klaim dan prediksi yang menarik perhatian. Penting bagi kita untuk selalu menguji setiap perkataan yang mengaku berasal dari Tuhan dengan Firman-Nya yang tertulis, Kitab Suci. Apakah nubuatan itu mengarahkan kita kepada Kristus? Apakah itu membawa kita lebih dekat kepada Allah? Apakah itu sesuai dengan ajaran-ajaran Injil yang murni? Kebenaran Ilahi selalu konsisten dan mendasari setiap perkataan-Nya.
Kisah Yeremia dan Hananya mengajarkan bahwa kesederhanaan dan kepatuhan pada kehendak Allah jauh lebih berharga daripada janji-janji manis yang kosong. Para nabi sejati adalah mereka yang setia menyampaikan pesan Allah, baik itu kabar baik maupun peringatan keras, dengan integritas dan tujuan untuk kemuliaan Tuhan dan keselamatan umat-Nya. Kita dipanggil untuk menjadi seperti orang Berea, yang memeriksa segala sesuatu dengan teliti (Kisah Para Rasul 17:11), agar kita tidak tersesat oleh suara-suara yang memikat tetapi menyesatkan.
Ilustrasi: Keadilan dan Firman Tuhan