Ayat Yeremia 3:7 menjadi sebuah peringatan keras yang disampaikan oleh Tuhan melalui nabi-Nya. Kalimat pembuka, "Berkata-lah ia," merujuk pada Tuhan sendiri yang berfirman. Ungkapan "betina sundal" dalam konteks ini bukanlah sekadar gambaran kasar, melainkan sebuah metafora yang sangat kuat untuk menggambarkan ketidaksetiaan Israel terhadap perjanjian mereka dengan Tuhan.
Dalam Perjanjian Lama, hubungan antara Tuhan dan umat-Nya seringkali digambarkan sebagai ikatan pernikahan. Tuhan adalah suami yang setia, dan Israel adalah istri-Nya. Namun, Israel berulang kali berpaling dari Tuhan, menyembah berhala, dan mengikuti jalan bangsa-bangsa lain. Tindakan ini diibaratkan seperti perzinahan, sebuah pengkhianatan yang mendalam terhadap kesetiaan yang seharusnya mereka berikan kepada Tuhan semata.
Tuhan menyatakan, "bagaimana ia berzinah dengan meninggalkan Aku." Ini bukan sekadar dosa sesekali, tetapi sebuah pola perilaku yang terus-menerus. Israel telah memilih untuk meninggalkan Sumber kehidupan mereka, meninggalkan kasih dan perlindungan Tuhan, demi mengejar ilusi kekuatan dan keamanan dari dewa-dewa asing. Mereka lupa akan janji-janji Tuhan dan kasih setia-Nya yang telah membawa mereka keluar dari perbudakan di Mesir. Sebaliknya, mereka terpikat oleh bujuk rayu dan janji-janji palsu dari berhala-berhala yang tidak dapat memberikan apa-apa.
Peringatan ini juga menunjukkan betapa menyakitkannya ketidaksetiaan Israel di mata Tuhan. Perumpamaan perzinahan menyoroti pelanggaran kesucian perjanjian dan kedekatan yang seharusnya ada antara Tuhan dan umat pilihan-Nya. Tuhan melihat dengan jelas kesesatan mereka, pengabaian mereka terhadap jalan yang benar, dan kehancuran yang pasti akan datang sebagai akibat dari pilihan mereka.
Namun, dalam nubuat-nubuat Yeremia, seringkali terselip harapan. Meskipun ada peringatan keras seperti ini, Tuhan tidak sepenuhnya meninggalkan umat-Nya. Ayat-ayat selanjutnya seringkali berbicara tentang pemulihan, pengampunan, dan perjanjian baru. Peringatan ini menjadi panggilan untuk pertobatan, agar Israel menyadari kesalahannya, meninggalkan jalan yang sesat, dan kembali kepada Tuhan yang senantiasa mengasihi mereka.
Kebenaran dari Yeremia 3:7 masih relevan hingga kini. Dalam kehidupan pribadi kita, kita juga dapat tergoda untuk "berzinah" secara rohani, yaitu dengan mengalihkan kesetiaan kita dari Tuhan kepada hal-hal duniawi, ambisi pribadi, atau berhala-berhala modern. Mengingat firman ini membantu kita untuk senantiasa memeriksa hati kita, memastikan bahwa Tuhan tetap menjadi pusat hidup kita, dan menjaga kesetiaan kita kepada-Nya, sumber segala kebaikan dan kasih.