"...dan kuberikan surat perjanjian itu kepada Barukh bin Neriah bin Mahseya, di depan mata Yeremia, pamanku, dan di depan semua orang Yehuda yang datang ke rumah itu."
Ayat Yeremia 32:12 ini, meskipun singkat, menyimpan makna mendalam mengenai kesetiaan ilahi dan jaminan perjanjian yang diberikan Tuhan. Konteks di balik ayat ini adalah masa-masa yang sangat sulit bagi umat Israel. Yerusalem sedang terkepung oleh tentara Babel, dan masa depan tampaknya suram. Di tengah keputusasaan inilah, Tuhan memerintahkan nabi Yeremia untuk melakukan sebuah tindakan simbolis yang luar biasa: membeli sebidang tanah dari kerabatnya. Tindakan ini tampaknya tidak masuk akal bagi banyak orang yang melihatnya. Mengapa membeli tanah ketika kota akan jatuh dan seluruh penduduk akan diasingkan? Namun, di sinilah letak keindahan dan kekuatan iman yang ditunjukkan melalui ayat ini.
Perintah untuk membeli tanah dan kemudian menyerahkan surat perjanjian itu kepada Barukh bin Neriah, di depan para saksi, bukanlah sekadar transaksi bisnis biasa. Ini adalah sebuah deklarasi ilahi yang kuat tentang harapan dan janji masa depan. Surat perjanjian, dalam konteks budaya pada masa itu, adalah bukti kepemilikan yang sah dan ikatan hukum yang mengikat. Dengan Yeremia secara fisik membeli tanah dan mendokumentasikannya, Tuhan sedang menegaskan bahwa meskipun situasi saat ini sangat buruk, ada masa depan. Ada pemulihan. Ada janji kepemilikan kembali atas tanah warisan mereka.
Ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya percaya pada firman Tuhan, bahkan ketika akal sehat kita mengatakan sebaliknya. Yeremia, meskipun mungkin merasa ragu, menaati perintah Tuhan. Barukh, sahabat dan juru tulisnya, juga memainkan peran penting dalam melaksanakan perintah ini. Tindakan ini menjadi sebuah kesaksian yang kuat bagi orang-orang Yehuda yang menyaksikan. Di tengah ketakutan dan keputusasaan, mereka melihat sebuah tindakan yang melambangkan kepemilikan yang aman dan masa depan yang telah direncanakan oleh Tuhan.
Perjanjian yang tertera dalam surat itu bukan hanya tentang tanah secara fisik, tetapi juga tentang janji pemulihan bangsa Israel. Tuhan berjanji akan membawa mereka kembali dari pembuangan dan menempatkan mereka kembali di tanah mereka. Ini adalah gambaran dari perjanjian yang lebih besar antara Tuhan dan umat-Nya – perjanjian yang tidak akan pernah Ia batalkan. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita mungkin menghadapi situasi yang membuat kita merasa kehilangan harapan, seperti Yeremia dan bangsanya. Mungkin itu adalah tantangan pribadi, masalah keuangan, atau ketidakpastian masa depan. Namun, Yeremia 32:12 mengingatkan kita bahwa Tuhan setia pada perjanjian-Nya.
Surat perjanjian yang dibeli dan disimpan itu menjadi bukti fisik bahwa apa yang dijanjikan oleh Tuhan akan terjadi. Demikian pula, iman kita kepada Tuhan dan firman-Nya adalah "surat perjanjian" kita, yang menjamin bahwa segala sesuatu yang telah Dia janjikan dalam Kristus akan menjadi kenyataan. Kita dipanggil untuk memegang teguh janji-janji-Nya, seperti Yeremia memegang surat perjanjian itu, dan percaya bahwa Dia akan memelihara dan memulihkan kita, membawa kita pada kepastian dan harapan yang teguh, bahkan di tengah badai kehidupan. Perjanjian ini adalah aman dan pasti, karena datang dari Tuhan yang tidak pernah ingkar janji.