Yeremia 34:3 - Janji dan Peringatan Tuhan bagi Zedekia

"Engkau akan mati dengan damai; dan seperti orang-orang menyalakan api untuk ayahmu, demikianlah orang akan menyalakan api untukmu, dan mereka akan meratap: ‘Aduh, tuan!’ Sebab akulah yang mengatakannya, firman TUHAN."

Kitab Yeremia merupakan salah satu nabi besar dalam Perjanjian Lama yang membawa pesan kenabian kepada bangsa Israel pada masa-masa genting menuju pembuangan ke Babel. Ayat Yeremia 34:3 secara spesifik merujuk pada perkataan Tuhan yang disampaikan melalui nabi Yeremia kepada Raja Zedekia dari Yehuda. Pesan ini bukanlah sekadar ramalan, melainkan sebuah peringatan sekaligus janji yang memiliki makna mendalam terkait pilihan raja dan konsekuensinya.

Pada masa itu, Yerusalem sedang terkepung oleh tentara Babel. Di tengah situasi kritis tersebut, Raja Zedekia berupaya mencari jalan keluar, termasuk melalui cara-cara yang di luar kehendak Tuhan. Yeremia 34:1-2 menceritakan bagaimana Tuhan mengutus Yeremia untuk menyampaikan firman-Nya kepada Zedekia. Ayat 3 memberikan gambaran yang unik tentang apa yang akan terjadi pada Zedekia. Secara lahiriah, ayat ini terdengar seperti sebuah janji kebaikan: "Engkau akan mati dengan damai; dan seperti orang-orang menyalakan api untuk ayahmu, demikianlah orang akan menyalakan api untukmu, dan mereka akan meratap: ‘Aduh, tuan!’"

Frasa "mati dengan damai" dalam konteks Alkitab sering kali tidak hanya berarti kematian tanpa rasa sakit fisik, tetapi juga kematian yang datang pada waktunya, tidak terbunuh dalam pertempuran yang sengit atau secara tiba-tiba. Kematian yang dihormati, di mana orang-orang berduka dan memberikan penghormatan terakhir, seolah menyalakan api untuk mengenang dan menghormati. Hal ini kontras dengan nasib banyak raja dan pemimpin yang tewas dalam peperangan atau pemberontakan. Namun, konteks selanjutnya dari pasal ini, dan nubuat-nubuat lain tentang Zedekia, menunjukkan bahwa "damai" di sini harus dipahami dengan nuansa yang berbeda, kemungkinan besar merujuk pada kematian yang tidak terbunuh secara brutal di hadapan musuh-musuhnya, namun tetap dalam kondisi pembuangan atau penangkapan.

Pesan ini bukanlah tanpa syarat. Ayat-ayat selanjutnya dalam Yeremia 34 mengungkapkan bahwa janji ini diberikan karena Zedekia telah berjanji kepada Tuhan untuk membebaskan budak-budaknya sebagai tanda pertobatan dan penyerahan diri kepada kekuasaan Tuhan dalam masa krisis. Namun, ketika tentara Babel mundur sementara karena berita tentang kedatangan bala bantuan Mesir, Zedekia dan para pemimpinnya menarik kembali janji pembebasan budak tersebut. Tindakan ini dianggap sebagai pelanggaran perjanjian yang serius, baik perjanjian dengan sesama manusia maupun perjanjian dengan Tuhan. Tuhan sendiri yang menegaskan melalui Yeremia, "Sebab akulah yang mengatakannya, firman TUHAN." Ini menunjukkan bahwa firman itu berasal dari otoritas tertinggi dan tidak dapat dibatalkan sembarangan.

Yeremia 34:3 Janji dan Peringatan Tuhan

Implikasi dari Yeremia 34:3 menjadi lebih jelas ketika kita melihat nasib akhir Zedekia yang dicatat dalam Yeremia 39:6-7. Zedekia tidak mati di istananya dengan tenang. Ia melarikan diri dari Yerusalem yang terkepung, tertangkap oleh tentara Babel, dibawa ke Ribla, dan di sana matanya dibutakan. Kemudian ia dibawa ke Babel dan dipenjara hingga akhir hayatnya. Jelaslah bahwa "mati dengan damai" dalam ayat ini bukanlah berarti kematian yang mulia atau tenang di tahtanya. Sebaliknya, ini adalah firman Tuhan yang menunjukkan bahwa ia akan mati, dan akan ada kesedihan yang mengikuti kematiannya, namun itu bukan kematian heroik. Kengerian yang menimpanya, terutama kebutaan dan penangkapan, adalah konsekuensi langsung dari ketidaktaatannya dan penolakannya terhadap firman Tuhan.

Pesan ini mengajarkan kita tentang pentingnya keteguhan hati dalam menepati janji, terutama janji yang diucapkan di hadapan Tuhan. Pelanggaran perjanjian, sekecil apapun kelihatannya di mata manusia, dapat memiliki konsekuensi yang serius. Tuhan adalah Tuhan yang adil dan setia pada janji-Nya, baik janji keselamatan maupun janji penghukuman. Bagi Zedekia, ini adalah peringatan keras tentang konsekuensi ketidaktaatan. Bagi kita, ini adalah pengingat untuk hidup dalam integritas, menepati janji kita, dan selalu mendengarkan serta menaati firman Tuhan, karena Dia adalah sumber segala damai dan keadilan sejati.