"Lalu Yeremia berkata kepada Barukh: "Aku tidak dapat pergi ke rumah TUHAN. Karena itu, engkau harus pergi dan membacakan di rumah TUHAN gulungan yang kau tulis itu, yang berisi perkataan-perkataan TUHAN yang kau dengar dariku, pada hari puasa. Engkau harus membacakannya juga kepada semua orang Yehuda yang datang dari kota-kota mereka."
Kisah dalam Yeremia 36:5 membawa kita pada momen krusial dalam pelayanan Nabi Yeremia. Di tengah-tengah ketegangan politik dan ancaman kehancuran yang membayangi Yehuda, Tuhan memerintahkan Yeremia untuk menyampaikan pesan peringatan yang sangat penting. Pesan ini ditujukan bukan hanya kepada para pemimpin, tetapi juga kepada seluruh umat Tuhan. Namun, keadaan saat itu membuat Yeremia sendiri tidak dapat secara langsung menjalankan tugas penyampaian pesan tersebut.
Ayat ini menggambarkan sebuah situasi di mana hambatan fisik atau mungkin ketakutan menjadi penghalang bagi seorang nabi untuk melaksanakan mandat ilahi. Yeremia diperintahkan untuk menuliskan semua perkataan Tuhan yang telah diwahyukan kepadanya. Perkataan ini adalah peringatan keras mengenai konsekuensi dari dosa dan ketidaktaatan umat Israel kepada Tuhan. Dalam konteks sejarah, Yehuda sedang berada di ambang kejatuhan oleh tangan Babel. Pesan ini adalah kesempatan terakhir untuk bertobat dan memulihkan hubungan dengan Tuhan.
Perintah Yeremia kepada Barukh, juru tulisnya, dalam Yeremia 36:5, menunjukkan pentingnya sebuah pesan yang tidak boleh diabaikan. Barukh diinstruksikan untuk pergi ke rumah Tuhan dan membacakan gulungan tersebut. Hari puasa dipilih sebagai waktu yang tepat, sebuah hari yang seharusnya diisi dengan introspeksi, pertaubatan, dan kesadaran akan kebutuhan akan Tuhan. Membacakan pesan peringatan pada momen seperti ini memiliki dampak yang lebih kuat, berharap dapat menggugah hati mereka yang mendengarkan.
Lebih lanjut, Yeremia tidak hanya ingin pesan ini didengar oleh mereka yang hadir di Yerusalem, tetapi juga oleh "semua orang Yehuda yang datang dari kota-kota mereka." Ini menunjukkan keinginan agar pesan ini tersebar luas, menjangkau setiap lapisan masyarakat, dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang untuk merespons. Tuhan tidak menginginkan satu pun dari umat-Nya luput dari peringatan-Nya.
Pentingnya isi gulungan tersebut, yang berisi "perkataan-perkataan TUHAN," digarisbawahi. Ini bukan sekadar nasihat manusia, melainkan firman ilahi yang berkuasa dan memiliki otoritas mutlak. Pesan ini bersifat mendesak dan menyeluruh, mencakup aspek spiritual, moral, dan bahkan sosial dari kehidupan umat Yehuda. Kegagalan untuk mendengarkan dan menaati pesan ini akan membawa konsekuensi yang mengerikan, seperti yang akan terungkap dalam pasal-pasal selanjutnya.
Kisah ini juga mengajarkan kita tentang bagaimana pesan Tuhan, meskipun melalui pribadi yang memiliki keterbatasan, tetap harus disampaikan. Ketika satu jalur tertutup, Tuhan membuka jalur lain. Barukh menjadi perpanjangan tangan Yeremia, memastikan bahwa kehendak Tuhan tetap terlaksana. Ini adalah pengingat bagi kita semua bahwa kita memiliki tanggung jawab untuk menjadi penyampai pesan-pesan Tuhan, baik melalui perkataan maupun perbuatan, bahkan ketika menghadapi tantangan.
Dalam Yeremia 36:5, kita melihat gambaran tentang kebenaran ilahi yang tak terhindarkan dan cinta Tuhan yang tak henti-hentinya. Meskipun penuh dengan peringatan akan penghakiman, pesan ini juga merupakan undangan untuk berbalik kepada Tuhan. Kegigihan Yeremia dan keberanian Barukh menjadi saksi bahwa firman Tuhan akan terus bergema, menembus keheningan, dan menuntut respons dari setiap hati yang mendengarnya.