Yeremia 38:25 - Pesan Penting untuk Raja Zedekia

"Jikalau engkau mau turun kepada para pengiring raja, yang turun kepada raja, maka nyawamu akan selamat, engkau dan para pengiringmu akan luput dari tangan orang-orang yang berusaha membunuh nyawamu, sebab mereka mengingini engkau."

Kitab Yeremia, bagian dari Perjanjian Lama dalam Alkitab, menceritakan kisah nabi yang gigih menyampaikan pesan Tuhan di masa-masa kritis bagi bangsa Israel. Salah satu momen penting dan dramatis terjadi pada pasal 38, di mana kita menemukan percakapan yang sangat krusial antara Nabi Yeremia dan Raja Zedekia. Ayat 25 dari pasal ini merangkum sebuah tawaran genting yang diberikan Yeremia kepada raja.

Nabi Yeremia & Raja Zedekia (Suasana Genting Menjelang Kejatuhan Yerusalem)
Ilustrasi Konseptual: Nabi Yeremia berbicara kepada Raja Zedekia di tengah situasi yang penuh ketegangan.

Pada saat itu, Yerusalem sedang menghadapi kepungan tentara Babel. Situasi kota sangatlah genting, dan keputusasaan mulai melanda. Raja Zedekia, yang dikenal sebagai raja yang lemah dan seringkali ragu-ragu dalam mengambil keputusan, berada di bawah tekanan besar. Para pembesar Yehuda, yang melihat situasi semakin memburuk, mendesak raja untuk menyerahkan diri kepada tentara Babel demi menyelamatkan hidup mereka dan kota.

Menanggapi situasi yang mengerikan ini, Nabi Yeremia dipanggil oleh Raja Zedekia untuk berbicara secara pribadi. Raja bertanya kepada Yeremia, "Adakah firman dari TUHAN?" Yeremia, meskipun sebelumnya telah dilemparkan ke dalam perigi karena perkataannya, sekali lagi menyampaikan pesan kebenaran dari Tuhan. Dalam konteks Yeremia 38:25, pesan ini bersifat pragmatis sekaligus penuh anjuran.

Makna di Balik Pesan Yeremia

Pesan Yeremia yang disampaikan kepada para pengawal raja, yang kemudian diteruskan kepada raja sendiri, adalah peringatan dan kesempatan. Yeremia berkata bahwa jika raja bersedia untuk "turun" atau "menyerah" kepada para perwira Babel yang telah mengepung mereka, maka raja dan seluruh pengiringnya akan selamat. Alasannya jelas: para perwira Babel tidak mencari kehancuran raja, melainkan menginginkannya sebagai tawanan agar mereka bisa mengamankan kelangsungan pemerintahan dan administrasi di wilayah yang akan mereka kuasai.

Ini adalah penawaran yang sangat spesifik. Yeremia tidak menawarkan jalan keluar ajaib dari kepungan atau kemenangan militer. Sebaliknya, ia menawarkan jalan penyelamatan yang realistis di tengah kekalahan yang tak terhindarkan. Kata "turun" dalam konteks ini menyiratkan penyerahan diri, pengakuan kekalahan, dan kepatuhan terhadap otoritas yang lebih tinggi. Dengan kata lain, Yeremia menasihati raja untuk tidak melawan kekuatan yang jelas-jelas lebih unggul, melainkan mencari cara untuk bertahan hidup melalui negosiasi dan penyerahan diri.

Namun, penting untuk dicatat bahwa nasihat ini diberikan dengan latar belakang peringatan Tuhan yang lebih luas. Yeremia telah berulang kali menyampaikan bahwa kejatuhan Yerusalem dan pembuangan ke Babel adalah hukuman ilahi atas dosa-dosa bangsa Yehuda dan para pemimpinnya. Meskipun demikian, di tengah penghakiman, Tuhan tetap menawarkan belas kasihan bagi mereka yang mau tunduk dan bertobat. Dalam kasus ini, keselamatan fisik raja dan pengiringnya dipandang sebagai bentuk belas kasihan tersebut.

Sayangnya, sejarah mencatat bahwa Raja Zedekia tidak sepenuhnya mengikuti nasihat Yeremia. Meskipun ia sempat berinteraksi dengan Yeremia dan bahkan memerintahkan agar Yeremia tidak diperlakukan dengan kejam, akhirnya ia tidak memiliki keberanian dan keteguhan untuk mengambil langkah radikal yang disarankan Yeremia. Akhirnya, Yerusalem jatuh, raja tertangkap, matanya dibutakan, dan ia dibawa ke pembuangan di Babel, sebuah akhir yang tragis dan menyedihkan bagi seorang raja.

Kisah Yeremia 38:25 mengajarkan kita tentang pentingnya mendengarkan suara hikmat, bahkan ketika itu datang dari sumber yang tidak terduga atau dalam situasi yang paling menekan. Ini juga menunjukkan bahwa terkadang, jalan terbaik untuk menghadapi situasi yang sulit bukanlah dengan perlawanan yang sia-sia, melainkan dengan kerendahan hati dan kesediaan untuk tunduk pada kenyataan, dengan harapan akan ada keselamatan yang masih dapat diraih.