Yeremia 40:3: Kasih Karunia di Tengah Kehancuran

"Dan TUHAN telah mendatangkan celaka itu, dan melakukannya, justru seperti yang telah difirmankan-Nya, sebab kamu telah berdosa kepada TUHAN dan tidak mendengarkan suara-Nya, maka terjadilah kepadamu hal ini."
Ilustrasi simbol harapan setelah kehancuran

Kitab Yeremia mencatat banyak momen kepedihan dan penghukuman ilahi terhadap umat Israel yang berpaling dari Tuhan. Namun, bahkan di tengah-tengah peringatan keras dan konsekuensi yang berat, selalu ada benang merah kasih karunia dan janji pemulihan yang ditawarkan Tuhan. Ayat Yeremia 40:3 ini, yang diucapkan oleh Nebuzaradan, kepala pengawal raja Babel, kepada Yeremia yang baru saja dibebaskan dari penjara, menjadi saksi bisu dari prinsip ini.

Dalam konteks kehancuran Yerusalem, penjarahan Bait Suci, dan pembuangan banyak orang ke Babel, Yeremia kemungkinan besar merasa putus asa. Ia telah lama bernubuat tentang malapetaka ini, namun melihatnya terjadi secara nyata pasti sangat menyakitkan. Ia mungkin merasa bahwa Tuhan telah sepenuhnya meninggalkan umat-Nya. Namun, justru pada saat yang paling kelam inilah, kita melihat tindakan kebaikan yang tak terduga.

Nebuzaradan, seorang perwira dari bangsa penakluk, yang seharusnya memperlakukan Yeremia seperti tawanan lainnya, justru menunjukkan belas kasihan. Ia membebaskan Yeremia, mengembalikannya ke tanahnya, dan bahkan memberinya bekal. Pernyataan Nebuzaradan bahwa "TUHAN telah mendatangkan celaka itu, dan melakukannya, justru seperti yang telah difirmankan-Nya, sebab kamu telah berdosa kepada TUHAN dan tidak mendengarkan suara-Nya, maka terjadilah kepadamu hal ini," terdengar seperti pengakuan atas kedaulatan Tuhan dalam peristiwa yang terjadi. Namun, tindakan yang menyertainya—pembebasan Yeremia—menunjukkan bahwa di balik murka ilahi, ada rencana yang lebih besar untuk keselamatan.

Ayat ini mengajarkan kepada kita sebuah kebenaran fundamental: meskipun Tuhan menghukum dosa, Ia tidak pernah berhenti mengasihi dan merencanakan pemulihan. Kehancuran yang dialami bangsa Israel adalah konsekuensi langsung dari ketidaktaatan mereka, seperti yang dinyatakan oleh Nebuzaradan. Namun, justru melalui peristiwa yang tampaknya tragis ini, Tuhan membuka jalan bagi kelangsungan hidup dan masa depan umat-Nya, dimulai dari para sisa yang tertinggal di Yehuda dan para tawanan yang diangkut ke Babel. Yeremia sendiri menjadi tokoh sentral dalam proses ini, sebagai saksi mata dan nabi yang terus memberikan firman pengharapan.

Bagi kita di zaman modern, Yeremia 40:3 memberikan perspektif yang berharga. Ketika kita menghadapi masa-masa sulit, kekecewaan, atau bahkan konsekuensi dari kesalahan kita sendiri, kita diingatkan bahwa Tuhan tidak pernah jauh. Ia adalah Tuhan yang berkuasa atas segala peristiwa, namun juga Tuhan yang penuh belas kasihan. Kasih karunia-Nya dapat ditemukan bahkan di reruntuhan, dan harapan baru selalu mungkin terjadi ketika kita kembali mencari suara-Nya. Kebaikan Nebuzaradan yang tidak disengaja menjadi cerminan dari kebaikan Tuhan yang tak terduga, yang seringkali bekerja melalui cara-cara yang tidak kita sangka-sangka untuk memelihara umat-Nya dan mengarahkan mereka menuju masa depan yang penuh harapan.