"Baik kami taat kepada TUHAN, Allah kami, sesuai dengan pesan TUHAN, Allah kami, yang disampaikan kepada kami, baik kami taat maupun tidak. Supaya kami hidup baik dan baiklah keadaan kami."
Ayat dari Kitab Yeremia ini, khususnya pasal 42 ayat 6, menghadirkan sebuah pengakuan yang mendalam dari bangsa Yehuda yang tersisa. Setelah peristiwa kehancuran Yerusalem, mereka dihadapkan pada pilihan yang sulit: mengikuti perintah Allah atau mengandalkan pemahaman dan keinginan mereka sendiri. Pengakuan mereka, "Baik kami taat kepada TUHAN, Allah kami, sesuai dengan pesan TUHAN, Allah kami, yang disampaikan kepada kami, baik kami taat maupun tidak," menunjukkan adanya semacam keraguan atau bahkan upaya untuk mendapatkan hasil yang diinginkan terlepas dari cara. Mereka ingin "hidup baik dan baiklah keadaan kami," sebuah keinginan yang universal dan dapat dipahami.
Namun, inti dari ayat ini terletak pada premis pengakuan mereka terhadap otoritas Allah dan firman-Nya. Mereka mengakui bahwa pesan TUHANlah yang seharusnya menjadi panduan utama. Frasa "sesuai dengan pesan TUHAN, Allah kami, yang disampaikan kepada kami" menegaskan bahwa sumber kebenaran dan arahan yang sejati berasal dari Allah sendiri. Ini adalah pengingat penting bagi kita semua bahwa di tengah ketidakpastian hidup, mengikuti kehendak Tuhan adalah fondasi yang paling kokoh. Keinginan untuk "hidup baik" dan agar keadaan menjadi "baiklah" bukanlah hal yang salah, tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita mencapai tujuan tersebut.
Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini mengingatkan kita bahwa kepatuhan kepada Allah bukanlah semata-mata kewajiban ritual, melainkan sebuah cara hidup yang membawa berkat dan kesejahteraan sejati. Allah tidak menuntut kepatuhan demi kepatuhan itu sendiri, tetapi karena Dia mengenal apa yang terbaik bagi ciptaan-Nya. Mengikuti firman-Nya adalah seperti mengikuti peta yang diberikan oleh sang desainer untuk penggunaan optimal dari ciptaan-Nya. Ketika kita menyimpang dari peta tersebut, kita mungkin akan tersesat atau mengalami kerusakan yang tidak perlu.
Kepastian hidup tidak datang dari kemampuan kita untuk memanipulasi keadaan atau dari sekadar harapan kosong. Kepastian itu bersumber dari iman yang teguh kepada Allah yang berdaulat dan setia. Ayat Yeremia 42:6 secara implisit menyatakan bahwa ketaatan yang tulus kepada Allah, terlepas dari bagaimana cara pencapaiannya terlihat, akan pada akhirnya membawa pada "hidup baik" dan "keadaan yang baik." Ini adalah janji ilahi yang memberikan pengharapan dan kekuatan di saat-saat paling genting. Biarlah pengakuan bangsa Yehuda ini menjadi pelajaran bagi kita, untuk selalu menempatkan firman Tuhan di atas segala pertimbangan lain, karena di sanalah letak kebenaran, kedamaian, dan kesejahteraan yang abadi.