"Tetapi ia memanggil Yoanan bin Kareah, dan semua kepala dari tentara yang beserta dia, dan seluruh rakyat, besar kecil,
dan berkata kepada mereka: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel, yang kamu suruh membawa permohonanmu kepada-Nya:
'Biarlah kamu kembali ke tanah Yehuda dan tinggal di sana; janganlah kamu menjatuhkan diri. Biarlah kamu membangun kembali reruntuhan itu dan mendiaminya; mendirikan tembok-tembok yang dirobohkan dan mendiami kota itu. Maka kamu akan menggenapi janji itu.'"
Ilustrasi: Perjalanan yang dipandu menuju tujuan yang aman.
Ayat Yeremia 42:8 mencatat sebuah momen krusial dalam sejarah bangsa Israel, di mana mereka menghadapi sebuah persimpangan penting. Setelah mengalami kehancuran dan pengasingan, sisa-sisa bangsa yang tinggal di Mizpa ini mencari bimbingan ilahi. Mereka tidak hanya menginginkan jawaban, tetapi juga petunjuk mengenai jalan yang harus mereka tempuh untuk keselamatan dan pemulihan. Tuhan, melalui Nabi Yeremia, memberikan instruksi yang jelas: kembalilah ke tanah Yehuda, bangun kembali apa yang telah hancur, dan tinggallah di sana.
Pesan ini lebih dari sekadar instruksi geografis. Ini adalah panggilan untuk kembali kepada dasar, kepada identitas mereka sebagai umat Tuhan yang dijanjikan tanah. Mengingat latar belakang pemberontakan dan ketidaktaatan yang seringkali mewarnai sejarah Israel, perintah untuk "membangun kembali reruntuhan" menyiratkan proses rekonstruksi spiritual dan moral, bukan hanya fisik. Ini adalah kesempatan untuk meneguhkan kembali iman dan hubungan mereka dengan Sang Pencipta.
Yang terpenting dari ayat ini adalah penekanan pada kepercayaan. Tuhan berjanji bahwa jika mereka mematuhi firman-Nya, mereka akan "menggenapi janji itu." Kata "janji" di sini bisa merujuk pada janji Tuhan untuk melindungi dan memulihkan mereka, atau janji mereka sendiri untuk taat. Apapun tafsirannya, ini menyoroti prinsip bahwa ketaatan mendatangkan berkat dan penggenapan.
Dalam konteks yang lebih luas, Yeremia 42:8 mengajarkan kita tentang pentingnya mencari dan mengikuti kehendak Tuhan, terutama di saat-saat ketidakpastian dan kesulitan. Jalan yang Tuhan tunjukkan mungkin bukan yang termudah atau paling menarik, tetapi itu adalah jalan yang pasti membawa ke arah pemulihan dan stabilitas yang langgeng. Keberanian untuk kembali ke tempat asal, untuk memperbaiki kerusakan, dan untuk membangun kembali di atas fondasi yang kokoh, adalah inti dari pesan ini. Ini adalah pengingat bahwa dalam ketakutan, keraguan, atau bahkan keinginan untuk mencari jalan keluar yang instan, kita harus selalu mengutamakan mendengar suara Tuhan dan mempercayai janji-janji-Nya. Jalan pilihan Tuhan, walau kadang menuntut pengorbanan, selalu berakhir pada kedamaian dan tujuan yang sejati.