Yeremia 43:4 - Pesan Ilahi yang Menyejukkan

"Maka Yosanan bin Kareah dan semua panglima prajurit itu mendengar semua perkataan TUHAN, yang difirmankan-Nya kepada Yeremia, dengan mana mereka menyuruh dia pergi ke Mesir untuk menetap di sana."

Kitab Yeremia, sebuah karya sastra kenabian yang sarat dengan peringatan dan janji ilahi, seringkali membawa beban pesan yang berat bagi bangsanya. Namun, di tengah badai peringatan akan penghukuman, tersembunyi pula ayat-ayat yang memberikan perspektif baru, pemahaman yang lebih dalam, dan bahkan ketenangan dalam menghadapi ketidakpastian. Yeremia 43:4, meskipun sekilas tampak seperti catatan sejarah biasa, sebenarnya menyimpan makna penting yang dapat memberikan kesejukan dan pencerahan, terutama bagi mereka yang sedang bergumul dengan panggilan Tuhan atau menghadapi situasi sulit.

Ayat ini mencatat sebuah momen krusial dalam pelayanan Nabi Yeremia. Setelah kota Yerusalem jatuh dan bangsa Yehuda mengalami pembuangan, sekelompok orang Yehuda yang tersisa, termasuk para panglima prajurit yang dipimpin oleh Yosanan bin Kareah, datang kepada Yeremia. Mereka meminta Yeremia untuk berdoa kepada TUHAN agar diberi tahu kehendak-Nya mengenai apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Dalam situasi keputusasaan dan kebingungan, mereka mencari petunjuk ilahi. Dan TUHAN menjawab melalui Yeremia.

Perintah TUHAN, sebagaimana disampaikan oleh Yeremia, jelas: mereka harus pergi ke Mesir dan menetap di sana. Ini bukanlah perintah yang mudah diterima. Mereka baru saja mengalami penderitaan yang luar biasa karena ketidaktaatan mereka, dan kini mereka dihadapkan pada perintah untuk pergi ke tanah asing, sebuah negeri yang seringkali diasosiasikan dengan penyembahan berhala dan penindasan dalam tradisi Israel. Namun, di sinilah letak kesejukan yang ditawarkan Yeremia 43:4.

Pertama, ada kejelasan. Dalam ketidakpastian yang mencekam, TUHAN memberikan arahan yang pasti. Bagi siapa pun yang merasa tersesat atau ragu akan langkah selanjutnya, firman Tuhan memberikan titik terang. Sekalipun arahnya mungkin tidak sesuai dengan keinginan pribadi atau pandangan strategis manusia, ketaatan pada petunjuk ilahi seringkali membawa pada kedamaian batin yang tak ternilai. Kejelasan ini membebaskan mereka dari beban spekulasi dan kecemasan yang tak berujung.

Kedua, ada sebuah anugerah dalam ketaatan. Meskipun perintah untuk pergi ke Mesir tidak datang sebagai janji pemulihan instan atau kembalinya kejayaan, perintah itu sendiri adalah wujud kasih dan pemeliharaan Tuhan. TUHAN tidak membiarkan umat-Nya terombang-ambing tanpa tujuan. Melalui Yeremia, Ia memberikan jalur yang harus ditempuh. Ketaatan mereka, meskipun mungkin terasa pahit pada awalnya, adalah tindakan kepercayaan. Ini mengajarkan kita bahwa dalam menghadapi kesulitan, mencari dan menaati kehendak Tuhan adalah respons yang paling bijaksana, membawa berkat yang mungkin tersembunyi di balik kesulitan itu sendiri.

Ketiga, ayat ini mengingatkan kita pada pentingnya mendengarkan firman Tuhan. Yosanan dan para panglima itu "mendengar semua perkataan TUHAN". Mereka tidak mengabaikan, tidak menolak mentah-mentah, melainkan menyimak dan mempertimbangkannya. Ini adalah dasar dari setiap keputusan yang benar. Dalam dunia yang penuh dengan suara-suara yang saling bertentangan, kemampuan untuk menyaring dan menanggapi suara Tuhan melalui firman-Nya adalah kunci untuk navigasi hidup yang kokoh.

Yeremia 43:4, dengan kesederhanaannya, menawarkan sebuah refleksi yang menyejukkan. Ia mengingatkan kita bahwa Tuhan berdaulat atas segala situasi, bahkan yang paling kelam sekalipun. Ia peduli dengan keadaan umat-Nya dan senantiasa memberikan petunjuk bagi mereka yang mau mencari dan mendengarkan. Mengambil pelajaran dari ayat ini, kita diajak untuk selalu mencari kehendak Tuhan dalam setiap langkah, mempercayai tuntunan-Nya, dan menemukan kedamaian dalam ketaatan, sejuk seperti embusan angin di tengah terik matahari kehidupan.