Kitab Yeremia merupakan nabi yang penuh dengan pesan peringatan dan penghakiman, namun juga diliputi harapan dan janji pemulihan. Dalam pasal 44, kita menemukan momen krusial di mana Nabi Yeremia menyampaikan firman Tuhan yang sangat tegas kepada umat-Nya yang memberontak. Ayat kesebelas, Yeremia 44:11, menjadi inti dari peringatan keras tersebut. Ayat ini secara lugas menyatakan, "Maka beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Lihat, Aku akan mendatangkan malapetaka ke atas kamu dan menghancurkan segenap Yehuda."
Pesan ini tidak datang dalam kekosongan. Bangsa Yehuda, khususnya setelah kehancuran Yerusalem oleh bangsa Babel, masih tetap keras kepala dalam dosa mereka. Mereka bukannya merendahkan diri dan bertobat, melainkan terus melakukan praktik-praktik penyembahan berhala yang telah diperingatkan oleh para nabi berkali-kali. Mereka bahkan menyalahkan Tuhan atas kesengsaraan mereka, sambil terus memuja "ratu surga" dan dewa-dewa asing lainnya. Sikap inilah yang memicu murka Tuhan.
Kata "malapetaka" dalam ayat ini menunjukkan bencana yang dahsyat dan menyeluruh. Ini bukan sekadar hukuman kecil, melainkan kehancuran yang akan menimpa seluruh Yehuda. Tuhan, yang digambarkan sebagai "TUHAN semesta alam, Allah Israel", memiliki otoritas penuh atas ciptaan-Nya dan keadilan-Nya tidak dapat ditawar ketika umat-Nya terus-menerus berkhianat. Pembalasan ini adalah konsekuensi langsung dari penolakan mereka terhadap kedaulatan Tuhan dan ketaatan pada perintah-Nya.
Peringatan ini seharusnya menjadi momen refleksi yang mendalam. Ia mengajarkan kita tentang keseriusan dosa di hadapan Tuhan. Ketidaktaatan yang terus-menerus, terutama dalam bentuk penyembahan berhala dalam pengertian modern – seperti mengutamakan harta, kekuasaan, atau kesenangan duniawi di atas Tuhan – akan selalu menarik perhatian ilahi. Tuhan itu kasih, tetapi Dia juga kudus dan adil. Keadilan-Nya menuntut pertanggungjawaban atas pelanggaran hukum-Nya.
Meskipun ayat ini terdengar sangat keras dan penuh penghakiman, penting untuk diingat bahwa Tuhan selalu memberikan kesempatan untuk bertobat. Peringatan ini adalah panggilan terakhir untuk berbalik sebelum kehancuran yang tak terhindarkan. Namun, karena penolakan yang gigih dari umat Israel, penghakiman itu pun datang. Ini adalah pengingat bahwa tindakan kita memiliki konsekuensi, baik dalam hubungan pribadi kita dengan Tuhan maupun dalam kehidupan kolektif kita sebagai umat.
Yeremia 44:11 adalah ayat yang kuat, mengingatkan kita akan kekudusan Tuhan, keadilan-Nya, dan keseriusan konsekuensi dari dosa yang tidak disesali. Pesan ini relevan hingga kini, mengajak kita untuk senantiasa memeriksa hati dan kehidupan kita, agar tidak menjadi seperti bangsa Yehuda yang menolak teguran ilahi dan akhirnya menuai malapetaka. Kepercayaan penuh dan ketaatan kepada Tuhan adalah kunci keselamatan dan berkat-Nya.