"Dan Moab akan mendapat malu karena Kemos, seperti kaum Israel mendapat malu karena Betel, rumah kesayangan mereka."
Kitab Yeremia merupakan salah satu kitab nabi-nabi besar dalam Perjanjian Lama, yang berisi nubuat-nubuat peringatan dan pengharapan bagi umat Israel dan bangsa-bangsa lain. Salah satu bagian dari nubuat tersebut adalah mengenai bangsa Moab, tetangga Israel yang sering kali terlibat dalam konflik dan penghinaan terhadap umat Allah. Yeremia 48:13 menjadi ayat kunci yang menyoroti kehinaan yang akan menimpa Moab karena penyembahan berhala mereka.
Moab adalah bangsa yang memiliki sejarah panjang dengan Israel, seringkali hubungan mereka diwarnai ketegangan. Dalam ayat ini, nabi Yeremia menyampaikan sebuah penghakiman ilahi yang tegas terhadap Moab. Frasa "akan mendapat malu karena Kemos" merujuk pada dewa utama bangsa Moab yang mereka sembah. Kemos adalah simbol dari kekuatan dan identitas nasional mereka. Namun, nabi Yeremia dengan gamblang menyatakan bahwa penyembahan kepada Kemos justru akan membawa kehinaan, bukan keselamatan atau kejayaan.
Perbandingan dengan "kaum Israel mendapat malu karena Betel, rumah kesayangan mereka" memberikan konteks yang lebih dalam. Betel adalah salah satu pusat ibadah Israel, meskipun seringkali digunakan untuk penyembahan berhala selama masa kekacauan rohani. Keduanya, Kemos bagi Moab dan Betel bagi Israel, melambangkan sesuatu yang seharusnya diagungkan tetapi pada akhirnya membawa kepada kekecewaan dan penghinaan karena tidak mampu menyelamatkan atau memberikan berkat sejati. Ini menegaskan bahwa penyembahan kepada ilah-ilah buatan manusia, apapun bentuknya, pada akhirnya akan sia-sia dan hanya mendatangkan malu.
Ilustrasi sederhana mengenai Moab yang terpecah belah atau kehilangan arah.
Nubuat tentang kehinaan Moab ini bukanlah sekadar ramalan sejarah, melainkan sebuah pelajaran teologis yang universal. Ayat ini mengajarkan bahwa penyembahan kepada berhala, baik itu ilah-ilah kuno seperti Kemos atau bentuk-bentuk penyembahan modern terhadap kekayaan, kekuasaan, atau kesenangan duniawi, tidak akan pernah memberikan kepuasan sejati atau keselamatan abadi. Sebaliknya, hal tersebut akan membawa kehampaan dan rasa malu ketika kenyataan pahit terkuak.
Penghakiman atas Moab dalam Yeremia 48 juga mengingatkan kita akan kedaulatan Allah atas segala bangsa. Bangsa-bangsa yang mengabaikan perintah Allah dan menyombongkan diri dalam kekuatan atau dewa mereka sendiri pada akhirnya akan diadili. Nubuat ini menjadi peringatan bagi setiap individu dan komunitas untuk tidak menyandarkan harapan pada apa pun selain Allah yang benar.
Ketika Moab akhirnya jatuh ke tangan bangsa lain, seperti Babel, yang terjadi kemudian dalam sejarah, rasa malu yang diramalkan Yeremia menjadi kenyataan. Kehancuran kota-kota mereka dan penghapusan identitas nasional mereka adalah bukti nyata dari kebenaran nubuat ilahi. Yeremia 48:13 menjadi pengingat abadi bahwa kesetiaan kepada ilah-ilah buatan manusia akan selalu berujung pada kekecewaan, sementara kesetiaan kepada Sang Pencipta akan membawa kehidupan dan pengharapan yang sejati.