"Dan berilah kabar kepada Moab, sesungguhnya ia telah dihukum. Naiklah murka terhadap Horonaim, terhadap Sihon dan tanah Moab."
Ayat Yeremia 48:21 merupakan bagian dari nubuat besar yang disampaikan oleh Nabi Yeremia mengenai hukuman yang akan menimpa bangsa Moab. Nubuat ini menggambarkan kehancuran yang akan dialami Moab sebagai akibat dari dosa dan kesombongannya. Frasa "sesungguhnya ia telah dihukum" menunjukkan kepastian dan ketidakelakan dari vonis ilahi yang telah dijatuhkan terhadap bangsa tersebut. Hukuman ini bukan hanya sekadar ancaman, tetapi sebuah realitas yang sedang atau akan segera terjadi.
Penyebutan "Horonaim" mengacu pada salah satu kota penting di Moab. Kejatuhan kota ini menjadi simbol kehancuran Moab secara keseluruhan. Horonaim, bersama dengan kota-kota lainnya, akan menjadi sasaran serangan dan penaklukan. Hal ini menunjukkan bahwa dampak hukuman ilahi akan dirasakan hingga ke pelosok wilayah Moab, menghancurkan kekuatan dan kemuliaan mereka.
Selanjutnya, ayat ini menyebutkan "Sihon". Sihon bukanlah raja Moab, melainkan raja bangsa Amori yang dikalahkan oleh Israel saat mereka menuju Tanah Perjanjian. Dalam konteks ini, penyebutan Sihon bisa diartikan dalam beberapa cara. Bisa jadi ini mengingatkan kembali pada penaklukan wilayah yang sebelumnya dikuasai Sihon, yang kini sebagian besar dihuni atau diklaim oleh Moab. Atau, ini bisa menjadi penekanan bahwa bangsa yang berani menantang kehendak Tuhan dan berbuat kejahatan (seperti Sihon) pada akhirnya akan menemui ajalnya. Moab, dengan segala kesombongan dan penolakan mereka terhadap Tuhan, akan mengalami nasib yang sama atau bahkan lebih buruk.
Pernyataan "naiklah murka terhadap... tanah Moab" secara gamblang menyatakan bahwa Tuhanlah yang menggerakkan murka tersebut. Ini bukan sekadar peristiwa alam atau konflik antar manusia semata, tetapi merupakan tindakan penghakiman ilahi atas dosa-dosa Moab. Bangsa Moab seringkali digambarkan dalam Kitab Suci sebagai bangsa yang sombong, congkak, dan seringkali memusuhi umat Tuhan. Mereka tidak hanya menikmati kemerdekaan mereka, tetapi juga seringkali mengejek dan menganiaya Israel.
Dalam sejarah bangsa Israel, Moab memiliki catatan hubungan yang kompleks, terkadang berkerabat dekat (melalui Rut), namun seringkali menjadi musuh yang mengancam. Pemicu hukuman ini bisa beragam, termasuk penyembahan berhala, kesombongan nasionalistik, dan ketidakadilan terhadap bangsa lain. Nubuat Yeremia ini memperingatkan bahwa tidak ada bangsa, sehebat apapun, yang dapat lepas dari penghakiman Tuhan jika mereka terus menerus memberontak dan berbuat dosa. Kejatuhan Moab yang dinubuatkan ini menjadi pengingat akan kedaulatan Allah atas segala bangsa dan pentingnya hidup dalam kebenaran serta kerendahan hati di hadapan-Nya. Hukuman atas Moab, sebagaimana tergambar dalam Yeremia 48:21, menekankan bahwa tindakan kejahatan dan kesombongan pada akhirnya akan berbuah kehancuran.