Yeremia 48:33 - Keterpurukan Moab

"Dan dari kegirangan dan sorak-sorai telah lenyap dari kebun-kebun pengurapan. Aku mendatangkan anggur dari pemeras-pemeras, tiada orang akan bersorak-sorai; sorak-sorai yang dahulu adalah sorak-sorai yang dahulu menjadi kegirangan orang."

Buah Anggur Panen

Ayat Yeremia 48:33 menggambarkan gambaran suram tentang kehancuran dan kehilangan sukacita yang menimpa bangsa Moab. Nubuat ini merupakan bagian dari serangkaian peringatan keras yang disampaikan oleh Nabi Yeremia mengenai penghakiman Allah terhadap bangsa-bangsa yang mengelilingi Israel, termasuk Moab, karena dosa dan kesombongan mereka. Kata-kata "kegirangan dan sorak-sorai telah lenyap dari kebun-kebun pengurapan" melukiskan sebuah pemandangan yang menyedihkan. Kebun-kebun pengurapan, yang biasanya menjadi tempat produksi minyak zaitun yang berharga dan menjadi simbol kemakmuran serta sukacita, kini menjadi sepi dan sunyi. Ketiadaan kegirangan menandakan hilangnya segala bentuk perayaan dan kebahagiaan yang dulu menghiasi kehidupan mereka.

Frasa "Aku mendatangkan anggur dari pemeras-pemeras, tiada orang akan bersorak-sorai; sorak-sorai yang dahulu adalah sorak-sorai yang dahulu menjadi kegirangan orang" semakin memperdalam gambaran kehancuran ini. Pembuatan anggur, sebuah proses yang biasanya diiringi dengan suara sukacita dan kebersamaan, kini hanya menjadi sebuah aktivitas mekanis tanpa perasaan. Buah anggur yang diperas tidak lagi membawa kegembiraan. Sorak-sorai yang dulu terdengar riuh saat panen dan pembuatan minuman, kini telah sirna, digantikan oleh keheningan yang mencekam. Hal ini menunjukkan bahwa segala sumber kebahagiaan dan kemakmuran Moab telah dilenyapkan, meninggalkan mereka dalam keputusasaan.

Pesan dalam Yeremia 48:33 bukan sekadar ramalan tentang kejatuhan sebuah bangsa. Ini adalah pengingat abadi tentang konsekuensi dari kesombongan, penindasan, dan penolakan terhadap kehendak Tuhan. Moab, meskipun pernah memiliki sejarah yang erat dengan Israel, telah memilih jalan yang terpisah, dipenuhi dengan keangkuhan dan mungkin juga penyembahan berhala serta tindakan ketidakadilan. Nubuat ini menegaskan bahwa tidak ada bangsa, sekuat atau sekaya apapun, yang dapat lolos dari pengadilan ilahi jika mereka berpaling dari jalan kebenaran.

Dalam konteks yang lebih luas, ayat ini juga dapat dipandang sebagai refleksi tentang sifat fana dari kesenangan duniawi. Sumber kegirangan yang hanya berasal dari kekayaan materi, hasil panen, atau perayaan tanpa makna spiritual yang mendalam, pada akhirnya akan lenyap. Kehancuran Moab mengajarkan pentingnya membangun hidup di atas fondasi yang kokoh, yaitu ketaatan kepada Tuhan dan kasih kepada sesama. Ketika kesukacitaan sejati dicari dalam hubungan yang benar dengan Pencipta, maka bahkan di tengah kesulitan pun, ada pengharapan dan kedamaian yang tidak dapat dirampas.

Keterpurukan Moab yang digambarkan dalam Yeremia 48:33 adalah peringatan bagi setiap individu dan masyarakat. Ia mengingatkan kita bahwa kesukacitaan yang bertahan lama tidak dapat dibangun di atas dasar kejahatan atau kesombongan. Penyesalan dan pertobatan adalah jalan untuk memulihkan hubungan dengan Tuhan dan menemukan kembali sumber sukacita yang otentik.