Yeremia 48:36

Oleh karena itu, demikianlah firman TUHAN: "Pasti akan terdengar jerit dari atas gunung Horonaim, karena kehancuran yang dahsyat.

Pesan Ilahi: Kehancuran dan Tangisan

Ayat Yeremia 48:36 membawa kita ke dalam suasana kesedihan dan ratapan yang mendalam. Kata-kata dari nabi Yeremia ini tidak hanya sekadar ramalan, melainkan sebuah ekspresi dari kepedihan yang menyelimuti hati Tuhan atas umat-Nya yang jatuh. Fokus pada "jerit dari atas gunung Horonaim" menandakan suara keputusasaan yang menggema, sebuah teriakan yang keluar dari kedalaman penderitaan akibat kehancuran yang tak terhindarkan. Gunung Horonaim, yang disebutkan dalam konteks ini, merujuk pada sebuah wilayah atau kota yang memiliki makna strategis atau spiritual bagi Moab, bangsa yang menjadi sasaran nubuat ini. Kehancuran yang digambarkan begitu "dahsyat," menyiratkan dampak yang luas dan mendalam, tidak hanya secara fisik tetapi juga sosial dan spiritual.

Makna Profetik dan Emosional

Dalam konteks nubuat Yeremia, ayat ini merupakan bagian dari serangkaian peringatan dan penghukuman terhadap bangsa-bangsa tetangga Israel, termasuk Moab. Moab, yang seringkali memiliki hubungan yang kompleks dengan Israel, baik sebagai musuh maupun sebagai kerabat dalam sejarah, kini menghadapi murka ilahi. Ayat ini menekankan bahwa hukuman yang datang bukan tanpa alasan, melainkan sebagai konsekuensi dari dosa dan kesombongan. Tuhan tidak senang melihat kehancuran, namun keadilan-Nya menuntut agar kejahatan diperhitungkan.

Kata "jerit" dalam ayat ini sangat kuat. Ini bukan sekadar suara kesedihan yang tenang, melainkan teriakan yang penuh keputusasaan, rasa sakit, dan kehilangan. Jeritan ini terdengar dari tempat yang tinggi, menunjukkan bahwa penderitaan ini dirasakan oleh seluruh komunitas, bergema di seluruh wilayah. Hal ini juga bisa diartikan sebagai suara tangisan umat yang menyadari betapa besar kesalahan mereka dan betapa berat konsekuensinya.

Konteks Sejarah dan Teologis

Yeremia 48 secara keseluruhan menyoroti kejatuhan Moab. Bangsa ini dikenal dengan kesombongannya, kepercayaan diri yang berlebihan pada kekuatan militer dan sumber daya alamnya. Mereka merasa aman dan tidak dapat digoyahkan. Namun, Tuhan melalui Yeremia mengingatkan bahwa tidak ada tembok yang dapat menahan keadilan ilahi ketika dosa telah mencapai puncaknya. Kejatuhan Moab di sini berfungsi sebagai pelajaran bagi Israel sendiri, mengingatkan mereka tentang bahaya kesombongan dan pentingnya ketaatan kepada Tuhan.

Secara teologis, ayat ini menunjukkan sifat Tuhan yang adil sekaligus penuh kasih. Meskipun Ia menghukum, murka-Nya adalah respons terhadap dosa yang merusak. Namun, bahkan dalam penghukuman, ada nuansa kesedihan ilahi, seolah Tuhan ikut merasakan kepedihan ciptaan-Nya. Jeritan itu adalah suara kepedihan yang dipicu oleh kesalahan, namun juga bisa menjadi awal dari sebuah penyesalan yang tulus, yang jika diikuti dengan pertobatan, dapat membawa pada pemulihan. Kehancuran yang dahsyat memang menyakitkan, tetapi seringkali merupakan jalan bagi pemurnian dan pengenalan akan kelemahan diri di hadapan Yang Maha Kuasa.