"Alangkah nyaringnya tangisan dan ratapan atas Moab; di Aroer orang menjerit, di padang gurun orang meratap."
Kitab Yeremia adalah salah satu kitab kenabian dalam Perjanjian Lama yang penuh dengan pesan-pesan penghukuman dan penghiburan. Pasal 48 dari kitab ini secara spesifik berbicara tentang penghakiman Allah atas bangsa Moab. Bangsa Moab, meskipun memiliki hubungan kekerabatan dengan Israel melalui Lot, sering kali menunjukkan sikap kesombongan, ketidaktaatan, dan bahkan permusuhan terhadap umat pilihan Allah. Oleh karena itu, nubuat ini bukanlah sesuatu yang tiba-tiba, melainkan merupakan konsekuensi dari dosa dan pemberontakan yang terus menerus dilakukan oleh bangsa Moab.
Ayat 39 Yeremia pasal 48 menggambarkan puncak dari kesedihan dan kehancuran yang menimpa Moab. Kata-kata "Alangkah nyaringnya tangisan dan ratapan atas Moab" bukanlah ungkapan kepedihan biasa, melainkan sebuah jeritan yang menggema, mencerminkan betapa parahnya malapetaka yang mereka alami. Disebutkannya "di Aroer orang menjerit, di padang gurun orang meratap" menunjukkan bahwa kesedihan ini tidak hanya terbatas pada satu tempat, tetapi meluas ke seluruh penjuru negeri Moab, dari kota-kota hingga daerah terpencil yang tandus.
Nubuat tentang Moab ini memiliki beberapa makna penting. Pertama, ia menunjukkan kedaulatan Allah atas segala bangsa. Tidak ada bangsa, sekecil atau sehebat apapun, yang luput dari pengawasan dan penghakiman Allah jika mereka menolak kehendak-Nya. Moab harus menghadapi konsekuensi dari tindakan mereka, sebagaimana bangsa-bangsa lain yang menentang kehendak ilahi.
Kedua, ayat ini menjadi pengingat tentang sifat kesombongan yang merusak. Bangsa Moab sering digambarkan dalam kitab-kitab sejarah dan kenabian sebagai bangsa yang sombong, sebagaimana disebutkan dalam Yeremia 48:29-30. Kesombongan ini membuat mereka menganggap diri mereka aman dan kebal terhadap hukuman, namun justru kesombongan itulah yang membawa mereka pada kehancuran.
Ketiga, nubuat ini juga dapat dilihat sebagai sebuah peringatan bagi umat Allah sendiri. Meskipun Moab adalah bangsa kafir, peringatan tentang kejatuhannya seharusnya membuat Israel lebih waspada terhadap dosa-dosa yang sama, seperti kesombongan, ketidaktaatan, dan penolakan terhadap firman Tuhan.
Suara ratapan yang digambarkan dalam ayat ini juga mencerminkan ketidakmampuan manusia untuk menemukan penghiburan sejati di luar Allah. Ketika hukuman datang, semua kekuatan dan kebanggaan manusia menjadi sia-sia. Tangisan dan ratapan adalah ekspresi keputusasaan yang mendalam ketika sumber pengharapan duniawi hancur lebur. Ini adalah pengakuan diam-diam atas kegagalan mereka dalam menavigasi kehidupan tanpa bimbingan dan perlindungan Tuhan. Nubuat ini, meskipun keras, pada akhirnya juga mengisyaratkan adanya potensi pemulihan di masa depan bagi umat Allah yang kembali kepada-Nya, sebagaimana banyak nubuat Yeremia yang diakhiri dengan janji harapan.