Kitab Yeremia dipenuhi dengan nubuat-nubuat kenabian yang seringkali membawa pesan penghakiman ilahi terhadap berbagai bangsa, termasuk Moab. Pasal 48 secara khusus menyoroti murka Tuhan atas dosa-dosa dan kesombongan bangsa Moab. Ayat keempat dalam pasal ini, "Lari, larilah ke Zoar, hai bani Israel, dan ke Eglat-Sela-im! Hendaklah engkau berteriak sampai ke Nebo dan ke Medeba! Seluruh kepala-kepala Moab akan ditindih; semua yang berseru minta tolong akan binasa," merupakan seruan yang menggambarkan betapa dahsyatnya bencana yang akan menimpa Moab.
Perintah untuk "lari, larilah" menunjukkan adanya ancaman yang sangat besar dan mendesak. Kota-kota yang disebutkan seperti Zoar, Eglat-Sela-im, Nebo, dan Medeba adalah tempat-tempat penting di wilayah Moab. Seruan ini bukan sekadar saran, melainkan sebuah peringatan keras dari surga. Fakta bahwa seruan ini ditujukan kepada "bani Israel" di tengah-tengah penghakiman atas Moab mungkin terdengar membingungkan. Namun, ini bisa diartikan sebagai peringatan bagi umat Tuhan untuk menjauh dari daerah yang akan dilanda malapetaka, atau sebagai cara untuk menyoroti bahwa malapetaka ini begitu universal sehingga bahkan bani Israel pun diperingatkan untuk berhati-hati.
Frasa "Seluruh kepala-kepala Moab akan ditindih" menekankan ketidakberdayaan para pemimpin Moab dalam menghadapi murka Tuhan. Di berbagai kebudayaan kuno, pemimpin atau kepala suku seringkali dianggap sebagai pelindung dan pengatur masyarakat. Namun, dalam situasi ini, mereka tidak dapat memberikan perlindungan sama sekali. Kesombongan dan kepercayaan diri mereka dalam kekuatan militer dan kemandirian telah runtuh. Mereka yang sebelumnya memegang kendali kini akan menjadi korban pertama dari kehancuran.
Puncak dari peringatan ini terletak pada kalimat terakhir: "semua yang berseru minta tolong akan binasa." Ini adalah gambaran yang mengerikan tentang keputusasaan total. Dalam situasi terdesak, naluri manusia adalah mencari pertolongan. Namun, di sini, bahkan teriakan minta tolong sekalipun tidak akan didengar oleh siapa pun yang bisa memberikan bantuan. Semua harapan telah lenyap. Ini menunjukkan bahwa bencana yang datang bukanlah dari tangan manusia semata, tetapi merupakan penghakiman ilahi yang komprehensif, di mana tidak ada tempat untuk berlindung dan tidak ada suara yang akan dijawab.
Yeremia 48:4 menegaskan kembali tema penting dalam Perjanjian Lama mengenai keadilan ilahi. Tuhan tidak membiarkan dosa dan kesombongan merajalela tanpa konsekuensi. Moab, seperti bangsa-bangsa lain yang menganiaya Israel atau menyembah berhala, harus menghadapi perhitungan. Ayat ini berfungsi sebagai pengingat yang kuat tentang kedaulatan Tuhan atas segala bangsa dan bahwa setiap tindakan akan dimintai pertanggungjawaban. Pesan ini juga membawa resonansi peringatan bagi setiap zaman: kesombongan akan meruntuhkan, dan tanpa pertobatan serta pemulihan hubungan dengan Tuhan, malapetaka dapat datang kapan saja.