Yeremia 49 19: Murka dan Kehancuran

"Lihatlah, seperti singa yang naik dari semak belukar di tepi sungai Yordan ke padang rumput yang subur, demikianlah Aku akan mendadak membuat mereka lari dari sana. Dan yang terpilih akan Kutetapkan atas mereka. Karena siapakah yang seperti Aku? Siapakah yang dapat menantang Aku? Gembalakah yang dapat bertahan di hadapan-Ku?"

Ikon Singa

Ayat Yeremia 49:19 ini merupakan sebuah gambaran yang kuat tentang murka ilahi yang akan menimpa Edom. Nubuat ini disampaikan oleh Nabi Yeremia sebagai peringatan atas kesombongan dan perlakuan buruk bangsa Edom terhadap umat pilihan Allah, yaitu Israel. Ayat ini menggunakan perumpamaan yang vivid untuk menggambarkan kecepatan, kekuatan, dan ketidakmampuan untuk melarikan diri dari penghakiman Tuhan.

Perumpamaan tentang singa yang keluar dari semak belukar di tepi sungai Yordan melambangkan kedatangan Tuhan yang mendadak dan tak terhindarkan. Sungai Yordan adalah batas alami yang penting, dan semak belukar yang lebat di tepiannya menyembunyikan bahaya yang mengintai. Ketika singa, sebagai raja hutan, muncul dari persembunyiannya, ia siap menerkam mangsanya dengan kekuatan penuh. Demikian pula, penghakiman Tuhan akan datang kepada bangsa Edom tanpa peringatan sebelumnya, menghancurkan segala sesuatu yang mereka anggap aman dan terjamin.

Ungkapan "padang rumput yang subur" bisa diartikan sebagai tempat yang damai, nyaman, atau tempat perlindungan. Namun, dalam konteks ini, bahkan tempat yang paling aman pun tidak akan mampu melindungi mereka dari murka Tuhan. Segala kenyamanan dan keamanan yang mereka nikmati akan sirna seketika ketika Tuhan melepaskan penghakiman-Nya.

Selanjutnya, ayat ini menyatakan, "Dan yang terpilih akan Kutetapkan atas mereka." Ini menunjukkan bahwa Tuhan akan memilih orang-orang atau kekuatan tertentu yang akan menjadi alat dalam pelaksanaan hukuman-Nya. Hal ini menegaskan kedaulatan Tuhan atas segala bangsa dan peristiwa di bumi. Tuhan tidak hanya menghakimi, tetapi Dia juga yang menentukan siapa yang akan menjadi agen penghakiman tersebut.

Pertanyaan retoris di akhir ayat, "Karena siapakah yang seperti Aku? Siapakah yang dapat menantang Aku? Gembalakah yang dapat bertahan di hadapan-Ku?" adalah pernyataan keagungan dan kekuasaan mutlak Tuhan. Tidak ada makhluk ciptaan, bahkan pemimpin bangsa yang kuat sekalipun, yang mampu melawan atau menandingi kekuasaan Tuhan. Sama seperti gembala yang seharusnya melindungi kawanan dombanya, namun Tuhan adalah Gembala Agung yang justru akan menghakimi dan menghancurkan mereka yang seharusnya dilindungi oleh hukum kasih.

Konteks sejarah Yeremia 49 menunjukkan bahwa Edom seringkali menjadi musuh Israel. Mereka tidak memberikan bantuan saat Israel membutuhkan, bahkan malah mengambil keuntungan dari penderitaan mereka. Penghakiman Tuhan ini adalah konsekuensi dari dosa-dosa mereka, termasuk kesombongan, kekerasan, dan ketidakpedulian terhadap sesama.

Pesan dari Yeremia 49:19 bukan hanya sekadar catatan sejarah atau ancaman bagi bangsa Edom kuno. Pesan ini mengingatkan kita tentang keadilan dan kekudusan Tuhan. Ia adalah Tuhan yang adil, yang tidak akan membiarkan dosa dan kekejaman berlalu begitu saja. Namun, di balik penghakiman, selalu ada panggilan untuk pertobatan dan harapan bagi mereka yang mau berbalik kepada-Nya. Ayat ini juga mengajarkan tentang pentingnya kerendahan hati dan pengakuan atas kedaulatan Tuhan dalam segala aspek kehidupan.