"Mengapakah bulu domba Milkom engkau bangga-banggakan? Mengapakah engkau bergirang, hai anak-anak Amon? Bukankah karena sungai-sungai yang meluap-luap di tepi sungai itu menjadi harta warisanmu?"
Pasal 49 dari Kitab Yeremia berisi serangkaian nubuat terhadap berbagai bangsa yang berbatasan dengan Israel, termasuk Amon, Moab, Edom, Aram, dan Filistin. Nubuat melawan Bani Amon ini datang pada saat yang krusial, ketika Yerusalem terancam dan akhirnya jatuh ke tangan bangsa Babel. Bani Amon, seperti bangsa-bangsa lain, memiliki sejarah perseteruan dengan umat Tuhan dan sering kali merayakan kejatuhan Israel. Pasal ini menegur kesombongan mereka dan mengingatkan bahwa tidak ada bangsa yang luput dari penghakiman Allah.
Ayat Yeremia 49:4 secara spesifik menyoroti kesombongan Bani Amon yang bersumber dari kekayaan dan kekuatan mereka, yang tampaknya dilambangkan oleh "bulu domba Milkom" dan "sungai-sungai yang meluap-luap". Milkom adalah dewa utama bangsa Amon, dan kebanggaan atas simbol-simbol agama serta kemakmuran materi sering kali menjadi akar kesombongan yang mendahului kejatuhan. Penulis Kitab Yeremia menggunakan bahasa yang kuat untuk menunjukkan betapa sia-sianya kebanggaan yang dibangun di atas fondasi yang rapuh dan tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Frasa "bulu domba Milkom" bisa merujuk pada persembahan yang kaya untuk dewa mereka atau mungkin simbol kemakmuran yang dihasilkan dari peternakan domba yang melimpah, yang dipersembahkan kepada dewa mereka sebagai pengakuan atas berkat. Ini menunjukkan keterikatan mereka pada praktik keagamaan yang menyimpang dari penyembahan kepada Tuhan yang benar. Kebanggaan mereka bukan pada kebenaran atau keadilan, melainkan pada kesuburan tanah dan kemakmuran materi yang mereka yakini berkat dari Milkom.
Sedangkan "sungai-sungai yang meluap-luap" mengindikasikan wilayah geografis Bani Amon yang subur, kemungkinan di sekitar sungai Yabok atau sungai-sungai lainnya yang mengalir melalui wilayah mereka, memberikan sumber daya yang melimpah. Kemakmuran ini menjadikan mereka merasa aman dan kuat, sehingga mereka merasa tidak akan pernah tersentuh oleh malapetaka. Namun, nubuat Yeremia mengingatkan bahwa sumber kekuatan mereka yang dianggap abadi justru akan menjadi sumber kesedihan dan kejatuhan. Bangsa Babel, yang merupakan alat penghakiman Tuhan, akan datang dan merampas kekayaan mereka, menghancurkan kebanggaan mereka.
Nubuat ini memiliki implikasi spiritual yang mendalam bagi Bani Amon dan juga menjadi peringatan bagi umat Tuhan. Kesombongan, baik yang berasal dari kekayaan materi, kekuatan militer, maupun praktik keagamaan yang salah, adalah hal yang dibenci Tuhan. Kepercayaan diri yang berlebihan, tanpa mengakui kedaulatan Tuhan, akan berujung pada kehancuran. Bani Amon bersukacita atas kelemahan bangsa Israel, tetapi mereka lupa bahwa Tuhan adalah Allah yang adil dan tidak akan membiarkan kejahatan berlanjut tanpa pertanggungjawaban.
Bagi kita saat ini, Yeremia 49:4 mengingatkan untuk tidak menggantungkan harapan dan kebanggaan pada hal-hal duniawi yang fana. Kemakmuran, kedudukan, atau bahkan kekuatan spiritual yang tidak disertai kerendahan hati dan ketaatan kepada Tuhan, pada akhirnya akan membawa kehancuran. Kita diajak untuk selalu introspeksi diri, menguji motivasi hati kita, dan memastikan bahwa kebanggaan kita hanya tertuju kepada Tuhan dan kebenaran-Nya, bukan pada apa yang bisa kita capai atau miliki di dunia ini. Penghakiman Tuhan bersifat menyeluruh, dan Dia tidak akan membiarkan kesombongan dan ketidakadilan bertahan selamanya.