Yeremia 50:38

"Banjir harus melimpah ke atasnya, mereka harus ditenggelamkan oleh airnya; seluruh negeri harus lenyap sama sekali, dan setiap orang harus melarikan diri karena ketakutan."

Simbol Air dan Kehancuran dalam Yeremia 50:38

Simbol Air Bah dan Keputusasaan

Ayat Yeremia 50:38, yang merupakan bagian dari nubuat terhadap Babel, menyajikan gambaran yang kuat tentang penghakiman ilahi yang akan menimpa kota yang angkuh dan jahat tersebut. Kata-kata ini bukan sekadar metafora puitis, melainkan sebuah pernyataan tegas mengenai murka Allah terhadap dosa dan kesombongan yang mengakar. Babel, yang digambarkan sebagai kekuatan dunia yang menindas dan mengabaikan kebenaran Tuhan, dijanjikan akan dilanda kehancuran total.

"Banjir harus melimpah ke atasnya, mereka harus ditenggelamkan oleh airnya." Ungkapan "banjir" di sini bisa merujuk pada invasi militer yang dahsyat, seperti yang memang terjadi ketika Koresh Agung dari Persia menaklukkan Babel. Air yang meluap sering kali menjadi simbol kekacauan, kekuatan yang tak terkendali, dan kehancuran yang melenyapkan segalanya. Penegasan bahwa mereka "harus ditenggelamkan oleh airnya" menekankan sifat total dari hukuman ini; tidak ada tempat bersembunyi, tidak ada perlindungan yang memadai dari amukan kekuatan yang dilepaskan oleh Tuhan. Ini adalah penghakiman yang komprehensif, mencakup seluruh wilayah dan penduduknya.

Kemudian, ayat tersebut melanjutkan, "seluruh negeri harus lenyap sama sekali, dan setiap orang harus melarikan diri karena ketakutan." Kata "lenyap sama sekali" (dalam beberapa terjemahan: "menjadi tanah rata" atau "menjadi gurun") menunjukkan bahwa Babel tidak hanya akan dikalahkan, tetapi juga akan dihancurkan hingga ke fondasinya, menjadi sebuah kenangan yang sunyi dan tandus. Konsep ini menggarisbawahi ketidakmampuan manusia, betapapun kuatnya atau hebatnya mereka, untuk melawan kehendak ilahi. Ketenaran dan kekuasaan Babel tidak akan mampu menyelamatkannya dari kehancuran yang telah dinubuatkan.

Bagian akhir ayat, "dan setiap orang harus melarikan diri karena ketakutan," menggambarkan kepanikan dan keputusasaan yang melanda penduduknya. Ketika kehancuran datang dalam skala sebesar ini, reaksi alami adalah naluri bertahan hidup yang paling mendasar: melarikan diri. Namun, pelarian ini pun tidak menjamin keselamatan; itu hanya menggambarkan keadaan kekacauan dan teror yang menyelimuti Babel saat itu. Ketakutan menjadi penguasa, melumpuhkan keberanian dan harapan.

Yeremia 50:38 berfungsi sebagai pengingat yang kuat tentang kedaulatan Allah atas bangsa-bangsa dan konsekuensi dari pemberontakan terhadap-Nya. Meskipun konteksnya spesifik pada penghancuran Babel, prinsip yang terkandung di dalamnya bersifat universal. Ia mengajarkan bahwa kesombongan, kejahatan, dan penolakan terhadap jalan Tuhan pada akhirnya akan menghadapi penghakiman. Namun, di tengah-tengah penghakiman ini, pesan yang lebih luas dari Yeremia juga mencakup janji pemulihan dan harapan bagi umat Tuhan yang setia. Ayat ini, meskipun keras, adalah bagian dari narasi ilahi yang lebih besar tentang keadilan, pembersihan, dan penebusan.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai Kitab Yeremia, Anda bisa mengunjungi situs Alkitab SABDA.