Ilustrasi Keadilan Ilahi atas Kehancuran Babel
Kitab Yeremia, sebuah nubuatan yang kuat dan seringkali menyedihkan, mencatat firman Tuhan kepada bangsa Israel di masa-masa penuh gejolak. Di tengah-tengah peringatan tentang kejatuhan dan penghukuman, Yeremia 51:57 memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana Tuhan bertindak terhadap bangsa-bangsa yang menindas dan menentang kehendak-Nya. Ayat ini secara spesifik menyoroti kejatuhan Babel, sebuah imperium yang terkenal karena kesombongan dan kekejamannya.
Fokus pada kata "memabukkan" dalam ayat ini bukanlah sekadar penggambaran kebingungan atau kekacauan. Ini adalah metafora tentang kehilangan kendali dan ketidakmampuan untuk berfungsi secara rasional. Para pemimpin Babel, yang dulunya diagungkan dan dihormati, akan dilucuti dari kebijaksanaan dan kekuatan mereka. Mereka, yang merasa tak terkalahkan dan berkuasa, akan menjadi seperti orang mabuk yang tidak mampu mengenali bahaya yang mengancam, apalagi menghadapinya. Tuhan sendiri yang bertindak sebagai "Raja", menegaskan kedaulatan-Nya atas semua bangsa, termasuk yang paling perkasa sekalipun.
Penghukuman yang digambarkan di sini adalah final. Frasa "tertidur lelap dan tidak akan bangun lagi" menunjukkan sebuah kehancuran total. Ini bukan hukuman sementara yang bisa diperbaiki, melainkan kejatuhan yang permanen. Ini adalah konsekuensi dari dosa kesombongan, penyembahan berhala, dan penindasan yang telah lama dilakukan oleh Babel. Tuhan tidak membiarkan kejahatan merajalela tanpa akhirnya. Keadilan-Nya, meskipun terkadang tertunda, pada akhirnya akan dinyatakan.
Bagi umat Tuhan yang tertindas, nubuatan seperti Yeremia 51:57 membawa harapan. Meskipun saat ini mereka mungkin merasakan keputusasaan di bawah kekuasaan Babel, firman ini meyakinkan mereka bahwa Tuhan tidak melupakan. Keadilan akan datang, dan para penindas akan jatuh. Ini adalah pengingat bahwa kekuasaan manusia, betapapun besarnya, bersifat sementara. Hanya kekuasaan Tuhan yang abadi. Ayat ini mengajarkan tentang kerendahan hati bagi yang berkuasa dan ketabahan bagi yang menderita.
Dalam konteks yang lebih luas, Yeremia 51:57 berbicara tentang prinsip universal keadilan ilahi. Setiap tindakan kesombongan, penindasan, dan penyimpangan dari kebenaran akan menghadapi pertanggungjawaban. Tuhan adalah Hakim yang adil, dan meskipun Dia penuh kasih dan belas kasihan, Dia juga kudus dan tidak akan mentolerir kejahatan selamanya. Kejatuhan Babel, seperti yang dinubuatkan oleh Yeremia, menjadi pelajaran abadi tentang kedaulatan Tuhan dan kepastian keadilan-Nya yang akan datang.