Ayat Yeremia 51:61 adalah bagian dari serangkaian nubuat yang disampaikan oleh nabi Yeremia mengenai penghakiman Allah atas Babel. Konteks ayat ini, terutama di pasal 51, berbicara tentang kehancuran total Babel yang dipandang sebagai alat kedegilan dan kejahatan di mata Tuhan. Nubuat ini penuh dengan gambaran visual yang kuat mengenai kejatuhan sebuah kerajaan yang perkasa.
Dalam Yeremia 51:61, terdapat sebuah permintaan yang unik, yaitu "Tetapi janganlah Engkau membanting dan menceraiberaikannya!". Permintaan ini, jika dilihat secara literal dan terisolasi, mungkin membingungkan. Mengapa nabi meminta agar Babel tidak dihancurkan, padahal sebelumnya Tuhan sendiri yang menetapkan penghakiman atasnya? Kunci untuk memahami ayat ini terletak pada pemahaman konteks teologis dan sastra yang lebih luas dari kitab Yeremia.
Para penafsir umumnya melihat ayat ini bukan sebagai penolakan terhadap kehendak Tuhan untuk menghukum Babel, melainkan sebagai ungkapan kepedihan dan ketakutan nabi Yeremia sendiri terhadap besarnya kehancuran yang akan terjadi. Yeremia, sebagai nabi Tuhan, diperintahkan untuk menyampaikan firman Tuhan, termasuk firman penghakiman. Namun, sebagai manusia, ia mungkin merasakan beban dan kesedihan yang mendalam melihat malapetaka yang akan menimpa, meskipun itu adalah bagian dari rencana ilahi untuk keadilan.
Gambaran "membanting dan menceraiberaikan" menunjukkan kehancuran yang total dan brutal. "Air bah pun akan berlalu" bisa diartikan sebagai lenyapnya pengaruh dan kekuasaan Babel, seolah-olah tersapu oleh banjir yang dahsyat. Frasa "hukuman-Nya akan menimpa setiap kepala dan setiap lengan" menggarisbawahi bahwa tidak ada seorang pun yang akan luput dari konsekuensi dosa dan kejahatan Babel. Ini adalah hukuman yang menyeluruh, menjangkau setiap individu dan setiap aspek kehidupan.
Makna Penghakiman dan Keadilan Ilahi
Nubuat tentang kejatuhan Babel adalah pengingat akan kedaulatan Allah atas seluruh bangsa dan kerajaan di bumi. Babel, dengan segala kesombongan dan kekejamannya, akan diadili. Tuhan tidak akan membiarkan kejahatan berkuasa selamanya. Penghakiman-Nya adalah manifestasi dari keadilan-Nya, yang pada akhirnya akan mengembalikan tatanan dan memulihkan umat-Nya.
Permintaan Yeremia agar Tuhan tidak menghancurkan Babel bisa juga dilihat sebagai bentuk permohonan agar kehancuran itu tidak bersifat permanen atau agar ada sisa dari umat Tuhan yang terselamatkan dari malapetaka tersebut. Bagaimanapun, Babel adalah kekuatan yang menindas umat perjanjian Allah. Namun, yang terpenting adalah pemahaman bahwa kehendak Tuhan untuk menghukum kejahatan adalah mutlak. Perasaan pribadi nabi, sekedam apa pun, tidak akan mengubah ketetapan ilahi yang adil.
Sebagai penutup, Yeremia 51:61 mengajak kita untuk merenungkan sifat keadilan Allah. Ia adalah Tuhan yang menghukum dosa, tetapi juga Tuhan yang memiliki rencana pemulihan. Meskipun gambaran penghakiman begitu keras, ada harapan yang tersirat dalam ketetapan-Nya untuk menegakkan kebenaran dan keadilan di dunia ini. Pesan ini terus relevan hingga kini, mengingatkan kita bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi di hadapan Tuhan.