Yeremia 25:34 - Seruan bagi Para Gembala Umat

"Mengeluhlah, hai para gembala, dan bertangeslah! Taburkanlah dirimu dalam debu, hai pemuka-pemuka kawanan domba! Sebab telah tiba waktunya untuk disembelih dan dicerai-beraikan, dan kamu akan jatuh seperti barang yang indah-indah. Maka tidak akan ada tempat untuk melarikan diri bagi para gembala, atau untuk menyelamatkan diri bagi pemuka-pemuka kawanan domba."

Ayat Yeremia 25:34 adalah sebuah seruan peringatan yang keras dan gamblang dari Nabi Yeremia kepada para pemimpin rohani dan politik pada zamannya. Kata-kata "gembala" dan "pemuka-pemuka kawanan domba" merujuk kepada mereka yang diberi tanggung jawab untuk memimpin, membimbing, dan melindungi umat Tuhan. Namun, dalam konteks ayat ini, mereka digambarkan sebagai orang-orang yang gagal dalam tugasnya, dan karenanya akan menghadapi penghakiman ilahi yang mengerikan.

Seruan "mengeluhlah" dan "bertangeslah" menunjukkan kedalaman penderitaan dan penyesalan yang akan dialami. Perintah untuk "taburkanlah dirimu dalam debu" melambangkan tindakan merendahkan diri sebagai tanda berkabung dan pengakuan atas kesalahan besar. Ini bukan sekadar nasihat, melainkan sebuah ramalan tentang konsekuensi dari ketidaksetiaan dan kelalaian mereka dalam memelihara umat yang seharusnya mereka layani.

Gambaran "jatuh seperti barang yang indah-indah" menyiratkan bahwa mereka, yang seharusnya menjadi simbol kemuliaan dan kemakmuran bagi umat, malah akan menjadi piala kemenangan bagi penakluk. Kejatuhan mereka akan terlihat mencolok dan menyakitkan, sebuah bukti nyata dari kegagalan kepemimpinan mereka. Frasa terakhir, "maka tidak akan ada tempat untuk melarikan diri bagi para gembala, atau untuk menyelamatkan diri bagi pemuka-pemuka kawanan domba," menekankan ketidakmungkinan mereka untuk lolos dari konsekuensi perbuatan mereka. Penghakiman ini bersifat final dan menyeluruh.

Relevansi ayat ini melampaui konteks sejarah di mana ia diucapkan. Dalam setiap zaman, selalu ada pemimpin yang diamanahi untuk membimbing umat. Yeremia 25:34 berfungsi sebagai pengingat abadi bagi semua orang yang memegang otoritas, baik dalam ranah spiritual maupun temporal. Ajaran utamanya adalah bahwa kekuasaan dan tanggung jawab datang dengan akuntabilitas yang berat. Kegagalan untuk melayani dengan integritas, keadilan, dan kepedulian terhadap kesejahteraan mereka yang dipimpin akan selalu berujung pada kehancuran. Ayat ini mendorong refleksi diri dan seruan bagi para pemimpin modern untuk memeriksa hati mereka dan memastikan bahwa mereka benar-benar bertindak sebagai gembala yang setia, bukan sebagai pihak yang akan "disembelih dan dicerai-beraikan."