Yesaya 22-23: Nubuat tentang Yerusalem dan Tirus

"Maka tercurahlah kesedihan dan ratap tangis ke atas kota ini. Duka dan kehancuran telah menimpa umat-Mu." (Ditafsirkan dari Yesaya 22:4)

Kejatuhan

Ilustrasi simboliskehancuran dan perubahan.

Kitab Yesaya merupakan salah satu kitab kenabian dalam Perjanjian Lama yang sarat dengan nubuat, peringatan, dan pengharapan. Bab 22 dan 23 dari kitab ini secara khusus menyoroti dua tema penting: penghukuman atas Yerusalem, ibu kota Kerajaan Yehuda, dan nubuat kehancuran atas kota Tirus yang kaya raya. Kedua bab ini memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana Tuhan memandang keangkuhan, kesombongan, dan penolakan terhadap firman-Nya.

Dalam Yesaya 22, nabi menyampaikan pesan penghukuman yang ditujukan kepada penduduk Yerusalem, khususnya para pemimpinnya. Nubuat ini datang pada masa ketika Yerusalem sedang menghadapi ancaman dari bangsa Asyur. Alih-alih mencari pertolongan dari Tuhan, penduduk kota justru tenggelam dalam pesta pora, kesombongan, dan ketidakpedulian terhadap ancaman yang ada. Mereka mempersiapkan diri untuk bertahan bukan dengan iman kepada Tuhan, melainkan dengan benteng dan persenjataan, serta mengandalkan kekayaan mereka. Yesaya menyebut mereka sebagai "orang yang bergirang dan bersorak-sorak, membantai lembu dan menyembelih domba, makan daging dan minum anggur!" (Yesaya 22:13). Tuhan menyatakan bahwa keangkuhan semacam ini akan berakhir dengan kehancuran. Keamanan yang mereka bangun akan runtuh, dan dosa mereka akan diampuni hanya setelah mereka mengalami penderitaan yang berat. Ada juga peringatan tentang seorang pejabat bernama Sebna yang dipecat karena kesombongannya, digantikan oleh Elyakim yang akan memimpin dengan bijaksana. Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak hanya menghukum seluruh kota, tetapi juga menyoroti kesalahan individu.

Selanjutnya, Yesaya 23 beralih ke nubuat tentang kehancuran Tirus. Tirus adalah sebuah kota pelabuhan di Fenisia yang terkenal dengan kekayaan luar biasa, perdagangan maritimnya yang luas, dan kemasyhurannya. Keangkuhan dan kesombongan Tirus begitu besar, hingga mereka merasa tidak tersentuh oleh kekuatan manapun. Mereka menganggap diri mereka sebagai penguasa lautan dan kerajaan-kerajaan. Yesaya meramalkan bahwa Tirus akan mengalami kehancuran total, tidak hanya oleh bangsa-bangsa penyerang seperti Babel dan Persia, tetapi juga oleh alam itu sendiri. Pelabuhan-pelabuhannya akan dihancurkan, kekayaannya akan dirampas, dan para penduduknya akan tercerai-berai. Nubuat ini menyatakan bahwa Tirus akan "lenyap dari muka bumi" dan setelah masa pemulihan, kemuliaan Tirus yang lama tidak akan kembali seperti semula. Tujuannya adalah untuk mengajarkan bahwa kekayaan dan kekuatan duniawi, betapapun besarnya, tidak dapat menyelamatkan dari murka Tuhan ketika keangkuhan dan kejahatan merajalela.

Pesan dalam Yesaya 22 dan 23 sangat relevan bagi kita hingga hari ini. Keduanya mengingatkan bahwa Tuhan membenci keangkuhan, kesombongan, dan ketidakpercayaan. Ketika kita mengandalkan kekuatan, kekayaan, atau kecerdasan kita sendiri melebihi iman kepada Tuhan, kita sedang berjalan di jalan menuju kehancuran. Peringatan bagi Yerusalem dan Tirus adalah seruan untuk merendahkan hati di hadapan Tuhan, mencari pertolongan-Nya dalam setiap situasi, dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Penghukuman yang dinubuatkan bukan semata-mata untuk keputusasaan, tetapi sebagai peringatan yang mendorong pertobatan, agar kita dapat mengalami pemulihan dan kehidupan yang sesungguhnya dalam kasih karunia Tuhan. Kita diajak untuk merefleksikan apa yang menjadi sandaran utama dalam hidup kita, apakah itu hal-hal duniawi atau Firman Tuhan yang kekal.

Bagi siapa saja yang ingin mendalami Firman Tuhan lebih lanjut, dapat merujuk pada Yesaya 22 dan Yesaya 23 di berbagai sumber Alkitab daring.